FISIP-FIB Bakti Desa (FBD) Jantra Universitas Brawijaya (UB) merupakan salah satu program pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Dalam program ini, UB mengolaborasikan dua fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Budaya (FIB) bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dari total 82 kelompok di lokasi pengabdian yang berbeda.
Partisipan dari FBD Jantra di Desa Mentaraman terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok 49 dan kelompok 50 yang masing-masing kelompok mempunyai anggota sebanyak 20 orang. Kegiatan ini dilaksanakan mulai Selasa (25/6/2024) sampai Senin (5/8/2024) di Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang.
Program ini diawali dengan pra-survei ke Desa Mentaraman pada Senin (11/03/24). Pra-survei dilaksanakan untuk melakukan pemetaan sosial sembari mengetahui kondisi yang terjadi di masyarakat.
Di balai desa, para mahasiswa disambut oleh sekretaris desa, Budiono. Ketika ditanya mengenai kebudayaan turun-temurun, Budiono menjelaskan bahwa Desa Mentaraman memiliki kesenian Kuda Lumping yang telah lama vakum.
“Banyak faktor yang mengakibatkan hal ini, seperti COVID-19, generasi pemuda mengadu nasib di tanah perantauan, dan tidak adanya pembina atau pelatih yang berkenan untuk mengajarkan kesenian tersebut,” ungkapnya.
Kesenian Kuda Lumping adalah kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kuda Lumping merupakan kreasi tarian dari nenek moyang, di mana penari menunggangi aksesoris berupa jarang kepang. Kesenian ini memiliki banyak turunan atau varian tari, yang masih dalam satu rumpun, seperti Tari Warok, Jaranan, Campur Sari, dan juga Reog.
Setelah berbincang dengan Budiono, mereka menyadari bahwa revitalisasi diperlukan untuk menghidupkan kembali dan memperbarui tradisi yang mulai menurun. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, fungsionalitas, dan relevansi Kuda Lumping agar dapat terus diwarisi oleh generasi muda.
Dengan pertimbangan di atas, kelompok 49 pun mengusung tema “Cultural Empowerment” dalam upaya revitalisasi kesenian Kuda Lumping di Desa Mentaraman. Mahasiswa berharap upaya ini dapat menjadi pendorong bagi pemuda desa dan masyarakat luas untuk melestarikan kekayaan budaya daerah mereka.
Tiga hari setelah kedatangan mahasiswa di Desa Mentaraman, kelompok 49 melakukan observasi mendalam dan pemetaan sosial kepada warga setempat. Observasi ini memberikan informasi mengenai tokoh-tokoh berpengaruh dalam bidang kebudayaan dan kesenian, khususnya terkait dengan komunitas Kesenian Kuda Lumping.
Diketahui bahwa banyak pelatih Kuda Lumping yang masih aktif, termasuk Santoso, yang akrab dipanggil Cak So. Cak So adalah generasi kedua dan anak dari Sukri, generasi pertama yang mengajarkan Kesenian Kuda Lumping di desa ini. Selain Cak So, mereka juga berkesempatan berbincang dengan Sidiq, ketua komunitas Kesenian Kuda Lumping Desa Mentaraman.
Kelompok 49 mengusung 15 program kerja, dengan ikon besar yang menghubungkan tema, filosofi, dan logo kelompok mereka, yaitu Kuda Lumping. Rancangan awal program yang berupa Revitalisasi Kesenian Kuda Lumping direvisi kembali sebab hasil observasi menunjukkan bahwa kesenian ini masih aktif dan eksis di masyarakat.
Mahasiswa kemudian mengikuti pelatihan Kuda Lumping dan mempopulerkannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan kekayaan desa. Selain itu, mereka menawarkan program kerja untuk memperluas pengenalan kegiatan komunitas Kesenian Kuda Lumping melalui digitalisasi dengan pembuatan film dokumenter yang akan dipromosikan di media sosial.
Kelompok 49 juga mendapat kesempatan istimewa untuk berpartisipasi dalam acara besar tahunan Desa Mentaraman, Bersih Desa, dengan menampilkan Tarian Warok. Acara ini mencakup berbagai kegiatan lain, seperti bazaar UMKM, jalan sehat, serta penampilan kebudayaan, dan kesenian tradisional.
Sebelum penampilan di acara Bersih Desa, mahasiswa pria, termasuk Daffa, Ony, Waliyal, Alfan, dan Fayyadh, berlatih Tarian Warok bersama Cak So dan anggota Turunggo Budoyo. Latihan ini berlangsung setiap Sabtu malam pukul 21.00 hingga 23.00 WIB.
Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat, mahasiswa memberikan plakat kepada komunitas Kesenian Kuda Lumping. Plakat ini juga menjadi kenang-kenangan dan simbol penguat hubungan antara Desa Mentaraman dan Universitas Brawijaya. [dkn/dts/Humas FIB]