Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc memberikan kuliah umum pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKK MABA) Program Doktor dan Magister atau Orientasi Pendidikan (ORDIK) Universitas Brawijaya (UB) Kampus Jakarta Tahun Akademik 2024/2025. Kegiatan ini diikuti 422 mahasiswa baru, di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Sabtu (24/08/2024).
Ia menyampaikan materi “Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2045”. Menurutnya, isu kehutanan yang muncul sejak tahun 2003 yakni deforestasi dan biodiversity.
“Kedua hal tersebut berdampak pada sensitivitas masyarakat. Persoalan sosial ini menarik untuk dieksplor dalam tesis dan disertasi. Yakni tentang bagaimana akses kelolanya, bagaimana kejahatan lingkungan dan kehutanan, bagaimana pelayanan dan pengaduan ancaman lingkungan, serta pemulihan lingkungan,” terangnya.
Ia melanjutkan, paradigma baru lingkungan di indonesia dengan adanya berbagai permasalahan, maka perlu memahami apa yang menjadi key problems. Perlu intervensi dengan regulasi, pengawasan, law enforcement, inventory dan monitoring, outreach, dan penanganan masalah.
“Kebijakan lingkungan dan penanganan lingkungan hidup dan kehutanan benar-benar memerlukan scientific-based, dan mempelajari kondisi empirik atau evidence-based. Jadi langkah-langkah itu yang kita lakukan dengan artikulasi kepentingannya juga masih harus ditata antara kepentingan pemerintah daerah, kepentingan swasta, kepentingan LSM. Hal ini bisa menjadi inspirasi untuk tesis dan disertasi,” ungkapnya.
Turut hadir pada kegiatan ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP. Ia menuturkan jumlah wirausaha di Indonesia masih berada di angka 3,47 persen, jauh dari rasio wirausaha di negara maju yang berkisar 12 persen. Padahal jumlah wirausaha dapat mengindikasikan tingkat produktivitas dan inovasi yang kuat, yang dapat meningkatkan daya saing suatu negara.
Senada dengan Prof. Siti Nurbaya, Prof. Muhadjir mendorong mahasiswa pascasarjana UB untuk segera merencanakan riset, terutama pada bidang lingkungan.
“Indonesia bagian dari ring of fire, jangan harap tidak ada bencana. Berbagai kawasan yang sudah kita bangun hancur karena gempa, erupsi, banjir rob, atau longsor. Perlu adanya dialog antara dosen dan mahasiswa terkait riset atau aksi dari teori-teori yang sudah diberikan, karena mahasiswa S2 dan S3 core nya adalah riset,” jelas pria yang juga menjabat Ketua Majelis Wali Amanat UB ini.
Sementara itu Wakil Ketua MPR Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad menyampaikan secar daring beberapa visi dalam menghadapi Indonesia Emas, yakni pendapatan warga yang setara dengan negara-negara maju lainnya, transformasi ekonomi, dan transformasi tata kelola pemerintahan. Ia juga menyinggung perkembangan AI menjadi tantangan bagi para akademisi untuk mengejar kemajuan teknologi. [WDD/Irene]