Selepas peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada 11 Maret 2021 kemarin, Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya melaksanakan Tabligh akbar secara online untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1442 H, pada Senin (15/3/2021)
“Pada pagi hari ini, kita bersama-sama mengingat kembali atau memperingati suatu peristiwa besar dalam sejarah kehidupan Beliau yaitu Isra’ & Mi’raj”. Ujar Aulia Luqman Aziz, M.Pd sebagai moderator dalam acara tabligh akbar ini. “Pada hari ini kita ingin mengambil, kita ingin sama-sama belajar, apa hikmah dari dibalik peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, apa yang bisa kita pelajari bersama lalu kita coba terapkan”, tambahnya.
Kegiatan ini diisi oleh Aulia Luqman Aziz M. Pd sebagai moderator, Ustadz Moh. Irham untuk pembacaan Tilawatil Qur’an. Dan dibuka oleh rektor Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR., MS. Dengan pemateri Ustadz Wijayanto.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui video conference Zoom Meeting, disiarkan langsung melalui akun official Youtube Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya Malang, dan dibantu dengan PPAUB (Pusat Pembina Agama Universitas Brawijaya).
“Saya masih teringat betul pernah dikasih buku oleh teman saya nama kitabnya ‘Tanbihul Ghafilin’, peringatan bagi orang yang lupa. Memang manusia ini, kita-kita ini wajib diingatkan, salah satunya adalah dengan memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan pertemuan ini mengingatkan kita bahwa Isra’ Mi’raj ini salah satunya adalah Nabi besar Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah untuk melaksanakan sholat 5 kali dalam sehari, yang awalnya 50 kali, mendapat diskon 5 kali yang insyaallah pahalanya sama dengan 50 kali” ujar Nuhfil dalam pembukaan Tabligh Akbar.
“Mudah-mudahan dengan memperingati ini, ketakwaan kita, keimanan kita, amal kita semakin meningkat dan semakin ukhwa islamiyah kita semakin meningkat pula”, pungkasnya mengakhiri pidato dalam pembukaan Tabligh Akbar Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1442 H.
Pada ceramahnya kali ini Ustadz Wijayanto menjelaskan terkait bagaimana kita merenungi makna dan hikmah Isra’ Mi’raj di masa Pandemi Covid-19 seperti saat ini.
“Yang pertama, semua orang mengalami krisis, kenapa? Karena seluruh manusia di dunia tidak siap, tidak ada orang yang siap karena pandemi ini datangnya mendadak, pandemi ini datangnya dengan tiba-tiba unintended, maka tidak ada satupun manusia di dunia, tidak ada satupun negara, tidak ada satupun universitas yang sudah bikin mitigasi” ujar Wijayanto.
Yang ke dua, imbuhnya, krisis menyebabkan folartility, artinya ada perubahan yang luar biasa, perubahannya bukan sekedar perubahan dalam satu aspek saja, tetapi semua aspek kehidupan, maka orang mengalami uncertainty.
Sambung ustadz Wijayanto “kita ini mengalami kondisi Juggernaut, teorinya Anthony Giddens. Ini kayak orang yang terlepas yang naik ke Ijen satu bus, tapi gak kuat dan remnya blong, maka dia akan turun, ketika dia turun itu, maka semua mengalami ketidak pastian, tidak hanya didalam bus, tapi semua yang akan kelewatan, bisa kanan, bisa kiri, bisa lurus, itu mengalami ketidakpastian. Ketidakpastian yang didalam hal ini lah yang membuat kita nanti akan jadi sesuatu yang harus mensikapinya dengan baik” jelasnya.
Dalam kondisi ketidakpastian ini, Wijayanto berharap agar tidak kehilangan kendali. “Maka Rasulullah di Mi’raj kan, pertama di Isra’ kan, baru di mi’raj kan. Maka peristwa Isra’ & Mi’raj ini adalah peristiwa ghoibiah, peristiwa yang tidak masuk di akal karena banyak orang-orang kafir dulu menganggap nabi Muhammad dia sedang mabuk. Mosok dalam satu malam bisa antara Makkah sampe ke Palestin, sekarang saja itu bisa memakan waktu sehari semalam. Apa lagi Mi’raj, sesuatu yang Kholikul‘adah yaitu yang diluar kebiasaan. Maka hanya ayat disurat Al Isra ayat 1 saja yang diawal dengan kata-kata Tasbih. Ini menunjukkan sesuatu yang diluar adat, walaupun hal yang serupa banyak terjadi di Nabi-nabi sebelumnya”, sambungnya.
Meskipun webinar dan live streaming ini terkadang terkendalan oleh jaringan yang kurang stabil, namun kegiatan ini berlangsung selama 2 jam lebih dengan penuh hikmat dan ceria, serta ditonton oleh lebih dari 500 peserta. (Rizki/VQ)