Mahasiswi Ilmu Komunikasi UB Jadi Penerjemah Duta Besar Palestina

Mahasiswa Ilmu Komunikasi jadi penerjemah Duta Besar PalestinaRabu (21/03/2018), menjadi hari yang tidak terlupakan bagi Shofiy Petrina, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB angkatan 2015. Pasalnya, Shofiy mendapat kesempatan menjadi penerjemah Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia pada acara kuliah tamu dengan tema “Diplomasi Bilateral Indonesia dan Palestina” yang diberikan oleh Duta Besar Palestina untuk Indonesia, yaitu YM Zuhair S.M. Al Shun. Kegiatan ini digelar di Ruang Rapat lantai 8 Gedung Rektorat UB. Pada acara tersebut, mahasiswi yang pernah menjuarai cabang lomba Debat Ilmiah Kandungan Al-Qur’an Berbahasa Arab peringkat pertama di MTQ UB 2016 ini menjadi penerjemah utama bagi jalannya perkuliahan yang mayoritas dihadiri mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

“Ini merupakan pengalaman yang unpredictable sekali. Saya sangat senang dan merasa tertantang dengan kesempatan yang saya dapatkan kali ini,” ujar Shofiy. Ia mengaku bahwa menjadi penerjemah Bahasa Arab adalah pengalaman pertamanya. Sebelumnya, ia biasa menggunakan Bahasa Arab ketika mengikuti lomba debat Bahasa Arab. Background pondok pesantren membuat Bahasa Arab menjadi bahasa yang sering digunakannya selain Bahasa Indonesia sejak tujuh tahun terakhir.

Ketika mendapat kesempatan tersebut, Shofiy  yang juga menjadi juara 1 di lomba Debat Ilmiah Berbahasa  Arab di Festival Araby 2017 di UIN Sunan Ampel Surabaya ini mengira hanya menjadi pembawa acara, karena ia merasa tidak mungkin menjadi penerjemah langsung dari duta besar. Namun, ternyata ia benar-benar berkesempatan untuk menjadi penerjemah Zuhair Al Shun yang otomatis menjadi kunci berjalannya perkuliahan saat itu, karena audiens menunggu Shofiy menyampaikan apa yang disampaikan pemateri dalam Bahasa Indonesia.

Selain itu, kesempatan tersebut juga bisa menjadi sarananya untuk menjaga dan meningkatkan kemampuannya dalam Bahasa Arab. “Karena belajar bahasa kalau tidak sering digunakan akan hilang begitu saja, dan saya tidak mau hal itu terjadi kepada saya,” ujar Shofiy.

Sejak mendapatkan permintaan untuk menjadi penerjemah, dia belajar dengan menonton video berbahasa Arab yang diucapkan oleh orang Arab.  Ia juga belajar mengenai hubungan diplomasi antara Indonesia dan Palestina agar dapat membantunya memahami perkuliahan tersebut. Meskipun hanya memiliki dua hari untuk mempersiapkan diri, tetapi Shofiy mampu memberikan usaha dan hasil yang maksimal.

Shofiy juga berharap, agar mahasiswa mau hadir di perkuliahan yang menghadirkan duta besar dari luar negeri. Karena menurutnya, hal tersebut dapat membuat kita paham dengan keadaan di negara tersebut secara langsung dari penjelasan mereka, sehingga kita mendapatkan pemahaman dan pengetahuan untuk berpikir dan bersikap dengan bijaksana. [Charisma/Humas FISIP/Humas UB]