Mahasiswa UB Ciptakan Smart Growth Box untuk Penanaman Microgreens

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan banyaknya alih fungsi lahan untuk dijadikan pemukiman penduduk. Lahan pertanian menjadi semakin berkurang yang selanjutnya berdampak pada berkurangnya produksi pangan nabati.

Konsep urban farming pun mulai merebak demi memanfaatkan lahan sempit di perkotaan menjadi lahan pertanian produktif, lahan untuk bercocok tanam.

Salah satu jenis tanaman yang cocok ditanam dengan metode urban farming adalah microgreens. 

Microgreens merupakan sayuran hijau yang memiliki kandungan nutrisi sangat tinggi karena dipanen saat masih sangat muda, yaitu pada 7-14 hari masa semai.

Nutrisi pada microgreens bahkan lebih tinggi 4 hingga 40 kali dari sayuran pada umumnya.

Ukurannya yang kecil membuatnya tidak membutuhkan lahan luas serta masa tanamnya singkat microgreens cocok dibudidayakan di perkotaaan dengan lahan yang terbatas.

Sayangnya saat ini microgreens belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia sehingga sering terjadi kesalahan dalam penanamannya yang menyebabkan timbulnya jamur atau bahkan matinya tanaman sebelum panen.

Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Universitas Brawijaya menciptakan Smart Growth Box Microgreens berbasis Internet of Things.

Inovasi ini berupa alat untuk memonitoring dan mengontrol media pertumbuhan dari tanaman microgreens secara otomatis sehingga dapat meminimalisir tumbuhnya jamur serta diperoleh hasil panen yang maksimal.

Dengan bimbingan Sapriesty Nainy Sari, ST., MT., karya ini berhasil meraih pendanaan riset dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2021.

Ketiga mahasiswa itu antara lain I Made Ananta Wiragunawan (Teknik Elektro 2019), Taufiqur Rohman (Teknik Elektro 2018), dan Putu Ayu Eka Pramitha (Bioteknologi 2020).

Smart Growth Box didesain secara ergonomis serta dilengkapi dengan roda untuk mempermudah pengguna ketika memindahkan alat ini.

Sumber energi alat ini menggunakan listrik PLN dengan tegangan 220 volt AC, terdapat steker pada bagian belakang alat yang bisa dihubungkan pada stop kontak.

Smart Growth Box dibagi menjadi dua bagian, yaitu media penyemaian benih dan media pertumbuhan. Pada media penyemaian benih, bagian penutup terbuat dari akrilik hitam agar cahaya matahari tidak dapat masuk untuk memaksimalkan perkecambahan microgreens.

Pada media penyemaian terdapat tiga parameter yang dijaga, yaitu suhu, kelembaban udara, dan kelembapan media tanam yang dikontrol dengan sensor DHT 22 dan soil moisture sensor serta aktuator berupa exhaust fan dan water spray nozzle.

Pada media pertumbuhan digunakan sensor dan aktuator yang sama seperti pada media penyemaian, perbedaannya terletak pada bahan petutupnya, yaitu terbuat dari akrilik transparan agar cahaya matahari dapat diteruskan dengan optimal.

Selain itu, pada bagian ini juga terdapat sensor TEMT6000 dan LED growth light yang akan aktif jika intensitas cahaya matahari tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan tanaman microgreens.

Smart Growth Box terintegrasi dengan IoT menggunakan interface berupa aplikasi berbasis android Blynk.

Untuk mengoperasikan alat ini, pengguna hanya perlu memilih jenis tanaman microgreens yang ingin ditanam pada aplikasi Blynk tersebut, sehingga nantinya Smart Growth Box akan menyesuaikan kondisi keempat parameter sesuai dengan jenis tanaman microgreens yang ditanam.

Alat ini juga dilengkapi dengan wadah penampungan air yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik untuk memudahkan penyiraman tanaman secara otomatis.

Ketika air sudah habis akan terdapat notifikasi pada aplikasi sehingga pengguna tahu bahwa air sudah habis tanpa mengecek secara berkala.

Saat masa perkecambahan microgreens selesai, notifikasi juga dikirimkan ke pengguna sehingga tahu kapan waktu yang tepat untuk memindahkan tray media tanam dari media penyemaian ke media pertumbuhan.

“Blynk nanti juga akan memberitahu saat microgreens siap dipanen. Jadi SGB ini bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang tidak punya lahan namun ingin membudidayakan microgreens,” terang Ketua Tim, I Made Ananta Gunawan. (humasft/Humas UB)