Mahasiswa UB Ciptakan Mesin Pengering Mie Sehat

Mie merupakan salah satu jenis makanan olahan tepung terigu yang sering dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Dalam perkembangannya saat ini, mie menjadi pilihan masyarakat sebagai makanan favorit pengganti sumber karbohidrat yang diungkap oleh Siswanto selaku Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi.

Namun, mie tidak hanya berorientasi dalam mengenyangkan perut tetapi juga mulai memperhatikan aspek kesehatan. Aspek tersebut ditinjau dari nilai gizi yang terkandung dalam mie kering seperti kalori, vitamin, mineral, serat, dan antioksidan. Hal ini menuntut para produsen untuk berlomba-lomba menciptakan produk diversifikasi pangan berupa mie kering yang sehat.

Mie menurut bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu mie basah dan mie kering. mie kering dinilai lebih mampu bersaing dalam pasar selain karena lebih efisien, distribusinya pun lebih mudah serta tahan lama.

Mie kering secara umum bagian bentuk dari mie instan. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (2020), konsumsi mie instan terus meningkat dari tahun ke tahun terutama di ASIA. Di Indonesia sendiri menjadi pasar mie terbesar nomor 2 setelah China dengan produksi mie mencapai 12,5 miliar porsi di tahun 2019 dan 41,5 miliar bungkus di tahun 2020.

Salah satu UKM yang bergerak dalam pengolahan mie yakni UKM Mie Serdadu. Dalam pembuatan mi, UKM ini memanfaatkan sayuran dan buah-buahan sebagai salah satu bahan baku seperti sawi, wortel, dan buah bit.

Meningkatnya permintaan dari luar Pulau Jawa mengakibatkan mitra harus memproduksi mie kering. Pengeringan mie segar yang mitra gunakan saat ini berupa pemanasan langsung dengan menggunakan oven kue.

Metode tersebut  memiliki kapasitansi kecil, memakan waktu lama, dan membutuhkan tenaga tambahan untuk mengawasi serta membalik loyang mi. Selain itu, pengeringan menggunakan oven dapat merusak dan mengurangi kandungan nutrisi yang ada dalam mie sehat.

Dalam menyelesaikan permasalahan ini, lima mahasiswa UB berkolaborasi dalam menggagas teknologi pengering mie kering sehat berbasis Internet of Things.

Tim bimbingan Raden Arief Setiawan, S.T., M.T., ini terdiri dari Delia Dwi Novrianti (FT’18), Ihza Aulia Rahman (FT’18), Charis Maulana (FT’19), Sarah Febrian Perdaningtyas (FTP’18), dan Muhammad Khadafi Kasim (FMIPA’18).

Mesin ini memanfaatkan teknologi far-infrared dan beberapa sensor yang akan bekerja dalam mengontrol proses pemanasan. Hasil pengontrolan dapat diakses dari jarak jauh dengan mudah melalui web menggunakan smartphone atau personal computer pengguna.

“Dengan pemanfaatan far-infrared mesin ini memiliki keunggulan laju pengeringan yang cukup tinggi, hemat energi, dan distribusi suhunya akan lebih seragam,” terang Delia selaku ketua tim.

Ide ini telah mendapatkan bantuan dana dari Kemdikbud dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penerapan IPTEK dan akan berjuang agar bisa mewakili Universitas Brawijaya pada seleksi PIMNAS XXXIV pada bulan Oktober mendatang. (humasft/Humas UB)