Mahasiswa UB Ciptakan Bangunan Darurat Cerdas dengan Fitur Bongkar Pasang

Berada di wilayah yang dikelilingi samudera dan gunung berapi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Menurut data dari World Bank, Indonesia menempati peringkat ke 12 dari 35 negara yang paling rawan bencana dengan perkiraan 40% penduduk Indonesia terancam dengan adanya resiko tersebut.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat dalam 5 tahun terakhir terjadi 17.032 peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia, yang menyebabkan 30.139.694 jiwa mengungsi dan 28.928 jiwa luka-luka. Ditambah dengan pandemi Covid-19 yang terjadi selama 2 tahun terakhir juga menimbulkan banyak korban, Tercatat secara kumulatif pasien Covid-19 di Indonesia mencapai 5.890.495 kasus Covid-19 per tanggal 13 Maret 2022 dengan mencapai puncaknya pada 15 juli 2021 dengan penambahan kasus 56.757 pasien baru dalam satu hari.

Tiga pasal ini menjadi latar belakang lima orang mahasiswa Universitas Brawijaya lintas fakultas menciptakan konsep bangunan darat portabel Bernama Hope Project. Dilengkapi AI Medical, Project Hope menjadi inovasi penanganan kesehatan pasca bencana dan keadaan darurat. Najmuth Thakip, I Made Kresna Denanta, Mohamad Khafid Arizal (Budidaya Perairan), I Dewa Agung Wasthu Devasya Dewantara (Arsitektur), dan Khofifa Rabani Sahami (Kedokteran) dan dibimbing oleh Muhammad Dailami S.Si., M.Si. merupakan penggagas Project Hope, sebagai bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Video Gagasan Konstruktif yang akan bersaing untuk maju pada ajang PIMNAS ke-35.

“Gagasan Bangunan darurat cerdas dengan fitur bongkar pasang ini tercipta karena banyaknya korban akibat bencana di Indonesia, baik bencana non-alam seperti Pandemi Covid-19 ataupun bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor dan banjir bandang,” ujar Najmuth selaku ketua tim.

Bangunan Darurat ini dikatakan cerdas karena adanya pemograman sistem di dalamnya yang memanfaatkan AI untuk tujuan medis. AI Medical pada bangunan darurat ini berfungsi untuk melakukan scanning pada korban yang membutuhkan perawatan. Proses scanning ini terbagi menjadi 3 yaitu full scanning, verbal scanning, dan touchscreen scanning.

Fitur AI Medical yang melekat, imbuh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ini, ditujukan untuk meringankan beban tenaga medis dalam melakukan diagnosis. Proses Scanning oleh AI Medical akan mengidentifikasi penyakit pada pasien serta langkah perawatannya. “Jika Hope Project ini terealisasi, ada beberapa poin tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) dapat terwujud. Diantaranya SDGs nomor 3 poin b tentang mendukung dan mengembangkan kesehatan masyarakat dan serta SDGs nomor 13 poin 1 tentang memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara”, terangnya.

Melalui Project Hope, kelompok ini berharap dapat memberikan pertolongan dan penanganan yang efektif dan efisien pada keadaan darurat bagi korban bencana, sekaligus dapat membantu mengurangi beban tenaga tenaga medis saat keadaan darurat. (Najmuth/VQ)