Mahasiswa UB Ciptakan Alat Monitoring dan Terapi untuk Penderita Cedera Rahang

Penerapan TEAMMATE
Penerapan TEAMMATE

Teknologi saat ini terus berkembang dan menghadirkan semakin banyak kemudahan yang dapat dirasakan manusia, salah satunya dalam dunia kedokteran gigi. Namun, pada saat ini di Indonesia, kesadaran masyarakat tentang penyakit dalam ranah kedokteran gigi masih terbilang kurang. Seringkali masyarakat menganggap sebelah mata mengenai hal tersebut, salah satunya adalah TMD (Temporomandibular Disorder), merupakan gangguan temporomandibular yang ditandai dengan nyeri kraniofasial di sendi temporomandibular/temporomandibular joint (TMJ), otot pengunyahan, atau otot yang mensarafi kepala dan leher.

Berdasarkan permasalahan tersebut, sebagai salah satu upaya memanfaatkan teknologi yang ada, lima mahasiswa Universitas Brawijaya berhasil menciptakan inovasi Therapy and Monitoring for Temporomandibular Disorder (TEAMMATE) berupa alat monitoring dan terapi terintegrasi Internet of Things (IoT) yang terhubung dalam suatu aplikasi pada smartphone.

Dengan bimbingan, Ibu Ir Nurussa’adah, M.T. karya ini berhasil meraih pendanaan riset dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2023. Kelima mahasiswa tersebut antara lain  yaitu Handal Wally Akbar (Teknik Elektro 2021), Moh. Hibaturrohman Bagasunni’am (Teknik Elektro 2021), Rizki Bagus Hadi Kusuma (Teknik Elektro 2021), Salsabila Nurrin Ananda (Kedokteran Gigi 2021), dan Salsa Adilla Ilianis (Kedokteran Gigi 2021).

“Meskipun gangguan temporomandibular kerap diabaikan oleh banyak orang, namun kondisi yang semakin lanjut dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Hal ini disebabkan gangguan yang terjadi melibatkan fungsi bicara dan kunyah, serta dapat mempengaruhi tumbuh kembang wajah atau rahang,” kata Bagas.

Ada 2 cara kerja TEAMMATE yaitu sistem monitoring dan sistem terapi. Sistem monitoring direkam dengan menggunakan elektroda surface Elektromiografi (EMG) untuk mengetahui kondisi otot masseter dan otot temporalis ketika kontraksi dan relaksasi, sedangkan sistem terapi dilakukan secara spontan dan jangka panjang. Terapi secara spontan dapat memanfaatkan metode TENS dengan output tegangan sebesar 0-50 Volt dan frekuensi sebesar 100 Hz yang terdapat pada faceband TEAMMATE dengan durasi waktu penggunaan 15-25 menit yang akan ditentukan oleh dokter penanggung jawab. Pada terapi jangka panjang  menggunakan fitur exercise .

“Dengan adanya sistem monitoring tersebut. pengguna dapat mengetahui klasifikasi keparahan TMD melalui kondisi ototnya. Oleh karena itu, dokter juga dapat menyarankan aktivitas yang harus dihindari serta exercise yang tepat agar kelainan pada otot tidak semakin parah dan mengalami perbaikan kondisi,” ujar Salsa.

Sementara itu Nurrin juga menambahkan,sebagai upaya meredakan rasa nyeri tersebut, biasanya penderita mengkonsumsi obat-obatan, dalam beberapa kasus dapat dilakukan analgesik invasif. Namun, teknologi saat ini semakin berkembang, analgesik juga dapat dilakukan melalui cara lain seperti TENS yang juga bersifat non invasif.

“Kami mendesain TEAMMATE secara ergonomis sehingga pengguna nyaman ketika memakai alat tersebut. Selain itu, kami membuatnya agar cocok di berbagai ukuran kepala. Ukuran alat ini tidak terlalu besar sehingga dapat digunakan kapanpun dan dimanapun ketika penderita TMD merasa nyeri,” ungkap Bagus.

“Alat ini sangat berpotensi untuk diperjualbelikan,pengembangan berikutnya, dimensi electrical box TEAMMATE akan diperkecil dengan menambahkan rangkaian step up pada PCB TEAMMATE, membuatnya lebih ringan untuk meningkatkan kenyamanan pemakaian. Penambahan penerapan Artificial Intelligence pada TEAMMATE membuat teknologi TEAMMATE semakin akurat dan efektif dalam segi pengolahan data untuk informasi kondisi pasien.”, ujar Ir. Nurussa’adah, M.T. sebagai pembimbing utama tim

TEAMMATE berpotensi menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan secara luas dalam membantu dokter gigi untuk memberikan saran kepada penderita TMD dalam melakukan aktivitas monitoring sekaligus saran terapi secara berkala dimanapun dan kapanpun secara mandiri, dengan tetap dalam pengawasan dokter penanggung jawab.(*/WHY/Humas UB)