Mahasiswa Teknik Rancang Pusat Kawasan Budaya di Tunjungan Surabaya

Indonesia merupakan negara dengan budaya yang sangat beragam. Pada tahun 2018, terdapat 225 Warisan Budaya Tak Benda yang diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Namun, saat ini budaya nusantara cenderung tergerus oleh arus globalisasi, dimana keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia semakin erat sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Melihat permasalahan tersebut, diperlukan suatu kawasan budaya nusantara untuk mewujudkan edukasi budaya yang berkelanjutan.

Upaya pelestarian budaya nusantara dapat diterapkan di pusat kota metropolitan yang ada di Indonesia, seperti di Kawasan Tunjungan, Kota Surabaya.

Tunjungan Surabaya merupakan wilayah yang berpotensi dijadikan sarana edukasi kebudayaan nusantara dalam kehidupan sehari-hari. Selain merupakan kawasan yang banyak dikunjungi masyarakat lokal maupun wisatawan asing, kawasan ini juga berdekatan dengan ikon-ikon Kota Surabaya seperti Tunjungan Plaza, Siola, Hotel Majapahit, Hotel Sheraton, dan Pasar Blauran.

Oleh karena itu lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) membuat sebuah konsep bernama ACDT: Art Cultural District at Tunjungan with Nusantara Art Expression Space untuk mengangkat budaya nusantara dalam aktivitas masyarakat perkotaan.

Konsep ini mengubah wilayah Tunjungan Surabaya menjadi pusat kawasan budaya di Kota Surabaya. Kawasan budaya ini terdiri dari pengembangan desain pedestrian dengan ubin bermotif batik, dinding-dinding sebagai area ekspresi seni bagi seniman nusantara.

Penerapan motif batik juga diaplikasikan pada Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan halte serta penambahan interactive screen pada halte yang dapat memberikan informasi serta edukasi keragaman budaya seperti lagu daerah, baju adat, rumah adat, tari tradisional, dan sebagainya.

Titik pusat kawasan budaya ini merupakan taman budaya berupa ruang terbuka hijau dilengkapi dengan fasilitas edukasi kebudayaan seperti stan makanan tradisional, stan pelukis nusantara, dan panggung bagi musisi tradisional.

Selain itu, dalam taman budaya ini juga terdapat air mancur menari yang dapat bergerak sesuai dengan irama lagu daerah yang mengiringinya.

Mahasiswa Teknik Rancang Pusat Kawasan Budaya di Tunjungan Surabaya“Semoga inovasi ini dapat menjadi masukan dalam pembangunan maupun pengembangan Kawasan Tunjungan Surabaya bagi pemerintah, serta memberikan edukasi, kenyamanan, hiburan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan kepada masyarakat,” harap Dinda Kayana Rizky (PWK, 2020) selaku ketua tim.

Selain Dinda, gagasan ini juga merupakan sumbangsih pemikiran dari keempat rekannya Aurellia Parasti Jasmine (PWK, 2020), Farhan Sidqi (PWK, 2020), Farhan Sahir Muhammad Alfayi’ (T.Pengairan, 2020), dan Annisa Riski (PWK, 2019).

Di bawah bimbingan dari Eddi Basuki Kurniawan, ST., MT., tim akan berjuang pada seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-34 2021 di bidang Gagasan Futuristik Konstruktif (PKM-GFK) dengan judul “Art Cultural District At Tunjungan With Nusantara Art Expression Space Guna Mewujudkan Edukasi Budaya yang Berkelanjutan”. (humasft/Humas UB)