Mahasiswa Teknik Optimalkan Pertanian Dengan Sensor Kelembaban dan Zat Hara

Indonesia merupakan negara agraris dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Menurut Badan Pusat Statistik, pada Februari 2017 tercatat ada sebanyak 39,68 juta penduduk Indonesia atau sekitar 31,86% dari keseluruhan penduduk bekerja di sektor pertanian.

Hal ini sebetulnya dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki ketahanan pangan dan perekonomian yang kuat. Rakyat bisa memenuhi kebutuhan pangan dari hasil pertanian sendiri.

Sayangnya hal tersebut masih belum bisa tercapai karena belum optimalnya pertanian di Indonesia.

Petani masih membutuhkan pengetahuan yang luas tentang bagaimana mengoptimalkan tanah, memilih bibit yang unggul, dan melakukan pemupukan yang baik.

Potensi pertanian yang belum optimal tersebut juga ditemukan di wilayah Tanah Karo. Salah satu unsur yang mempengaruhi optimalnya hasil yang didapat dalam pertanian adalah keadaan lahan.

Para petani di Indonesia kebanyakan melakukan pengolahan lahan tanpa memperhatikan zat-zat yang kurang maupun lebih di dalam lahan mereka.

Ketidakoptimalan pengolahan lahan inilah yang memunculkan sebuah ide bagi empat mahasiswa Universitas Brawijaya untuk membuat alat yang dapat membantu petani dalam melakukan pengukuran data.

Ide tersebut adalah sensor kelembaban dan zat hara berbasis Internet of Things (IoT). Inovasi ini dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur kelembaban, suhu, pH, dan kadar NPK.

Alat ini dilengkapi dengan IoT agar pengguna dapat mengukur keadaan tanah dari jarak jauh untuk mengoptimalkan monitoring.

Inovasi ini juga menggunakan sensor yang tahan terhadap air sehingga produk lebih tahan lama.

Empat sensor yang ada mengukur berdasarkan resistivitas tanah dan ketersediaan unsur terkait dalam tanah.

Hasil pengukuran akan langsung dikirimkan ke dalam perangkat yang terhubung dengan alat, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan pengolahan tanah maupun dalam pemberian pupuk, kompos, dan sebagainya.

“Harapannya alat ini dapat mengoptimalkan tanah, sehingga petani dapat mengeluarkan modal yang lebih sedikit, dan yang terpenting adalah hasil panen dan kesejahteraan petani meningkat,” harap Ebenezer Milala mewakili tim.

Selain Ebenezer, tim bimbingan Dr. Ir. Rini Nur Hasanah, S.T., M.Sc., IPM, ini juga beranggotakan Beni Kurniawan, Jhosua Capricorn Saragih, dan Unedo Arga Benito.

Keempatnya membuat sensor kelembaban dan zat hara berbasis IoT ini untuk berkompetisi dalam seleksi PIMNAS XXXIV mendatang. (humasft/Humas UB).