Sinar radiasi dari matahari, sinar ultraviolet, muncul dalam berbagai jenis dan panjang gelombang serta efek yang berbeda pada kulit manusia. Seperti penuaan dini, tanning, sunburn, dan perusakan susunan DNA pada kulit.
Selama ini efek negatif sinar matahari ini dapat dihentikan/dihalangi dengan tabir surya. Namun campuran bahan-bahan kimia pada tabir surya ini tidak sepenuhnya memberikan efek positif bagi kulit; iritasi, perubahan bentuk kulit, kekeringan dan sebagainya.
Tabir surya alami adalah inovasi yang digalakkan para peneliti untuk meminimalkan efek negatif yang dapat ditimbulkan. Salah satunya adalah tim Teknik Kimia FTUB.
Dengan bimbingan Adji Hendra S, S.T., M.T., empat mahasiswa yang terdiri dari Arini Nur Fauziah, Febriyanti Solichatu Afiyah, Bidayatul Khoiriyah, dan Bagas Gilang Prayoga meneliti rami sisal, Agave sisalana, sebagai bahan tabir surya.
Agave Sisalana disinyalir memiliki kandungan lignin yang cukup besar. Lignin sendiri diketahui berfungsi sebagai anti oksidan, anti virus, anti tumor, dan anti karsinogenik.
Lignin juga dikenal sebagai free-radical scavenger yang menunjukkan efek anti oksidan yang efektif. Lignin biasanya ditemukan berinteraksi di dinding sel tanaman membentuk agregat stabil yang telah dinamakan LCC.
“Biasanya Agave sisalana hanya dimanfaatkan serat sisalnya saja, padahal kandungan yang dimiliki bisa dimanfaatkan lebih jauh,” tutur Arini selaku Ketua Tim.
Bersama dengan tim, ia ingin membuktikan khasiat LCC dalam Agave sisalana sebagai bahan anti UV dan berjuang pada seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXXIV 2021 mendatang. (humasft/Humas UB)