Mahasiswa KKN FP Luncurkan Program Kompos Dukung Pertanian Organik

Tim mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya melaksanakan program pengabdian selama 31 hari pada bulan Juli di Desa Sukoanyar. Tim KKN terdiri dari 25 mahasiswa tersebut dipimpin oleh Nadya Ghina selaku Koordinator Desa. Pada perjalanan pengabdian kali ini kami dibimbing oleh Rifqi Rahmat Hidayatullah, S.Hut., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Lapang 1 dan Dr. Ir. Yulia Nuraini, M. S. selaku Dosen Pembimbing Lapang 2.
Permasalahan pupuk anorganik yang meninggalkan residu dan dinilai dapat merusak lingkungan, menjadi latar belakang pelaksanaan program  Mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Desa Sukoanyar. Salah satu dari program tersebut ialah pembuatan kompos. Program ini menjadi sebuah usaha untuk lingkungan yang lestari dan sebagai bentuk dukungan terhadap praktik pertanian organik. Pembuatan kompos ini menggunakan kotoran ternak yang diformulasikan dengan limbah organik pertanian, seperti jerami dan sayuran. Selanjutnya melalui proses pengomposan dapat menjadi suatu produk kompos yang mampu dimanfaatkan sebagai bahan penambah unsur hara dan memperbaiki sifat tanah. Pembuatan kompos dilaksanakan di Rumah Kompos yang terletak di Desa Sukoanyar.
”Program pembuatan kompos yang kami laksanakanmendorong petani untuk beralih menggunakan bahan organik sebagai bahan pendukung yang dapat diimplementasikan pada lahan masing-masing petani di Desa Sukoanyar,” kata Ni Putu Reka Selaku Penanggungjawab program kompos.

Selain itu, terdapat juga program budidaya melon. Pada kesempatan kali ini Tim KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Desa Sukoanyar menggunakan benih rockmelon dengan varietas glamour. Dengan meningkatnya isu permasalahan krisis lahan, Mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menerapkan praktik budidaya melon menggunakan polybag yang memanfaatkan sisa pekarangan yang tidak begitu luas di Desa Sukoanyar. Praktik budidaya melon ini menggunakan 185 bibit yang tersebar secara meluas di Desa Sukoanyar. Penyebaran bibit tersebut terletak pada rumah warga, sekolah, dan tempat wisata.
”Sebagai salah satu isu sentral terkait permasalahan pupuk anorganik dan krisis lahan. Melalui program yang telah dilaksanakan tersebut dapat menjadi contoh nyata untuk menanggulangi permasalahan yang ada. Kami berharap dengan pembuatan kompos mampu mengurangi limbah yang tak memiliki nilai guna menjadi produk pupuk organik yang memili banyak manfaat,” kata Hadi selaku Sekretaris Gapoktan Desa Sukoanyar
Adanya program budidaya melon di polybag mampu mengatasi permasalahan krisis lahan yang ada, karena tidak membutuhkan lahan luas dalam penerapan praktik budidaya yang telah dilakukan. (*/OKY/Humas UB)
.