
Dalam semangat Globalizing UB, Universitas Brawijaya (UB) kembali menghadirkan inovasi budaya dengan melibatkan mahasiswa internasional dari berbagai negara dalam pagelaran wayang bertajuk “Karakter Brawijayan” di acara Brawijayan Tosan Aji, International Contemporary Keris Fest 2025. Acara ini digelar pada Sabtu, 19 April 2025, di Gedung Samanta Krida, Universitas Brawijaya, sebagai bagian dari implementasi Peraturan Rektor No. 108 Tahun 2023 tentang Karakter Brawijayan.
Pagelaran wayang tersebut menampilkan lakon “Pangeran Sutasoma”, yang dipentaskan secara kolaboratif oleh mahasiswa internasional, siswa-siswi Brawijaya Smart School (BSS), serta para seniman muda dari Sanggar Seni Gumelaring Sasangka Aji (GSA). Para mahasiswa internasional yang terlibat antara lain: Đàng Nguyễn Trúc Linh (Vietnam), Bai Yiting (Tiongkok), Nigora Muminova (Uzbekistan), Zang Ziqi (Tiongkok), Ahmed El Sayed (Mesir), dan Yeriel (Madagaskar).
Sementara itu, dari BSS tampil: Sibrana Kaizan Prabu, Vendra Adelio Kenzie, Nasheerra Anindya Shabikha, Lintang Tawang Ayu, Bramantyo Aji Miarso, Aditya Khalish Ardi, Elgaza Zervinda Maylinggar Queen, Aurora Queenna Rahman, dan Laisya Citu Permana. Adapun dari Sanggar Seni GSA turut berpartisipasi: Kavaya Sidhi Adrista, Arga Laras S., Alvian Maulana, Qolbu Yudho Baskoro, Daniswara A. Eka H., Theresia Cahaya Maria, Hidayat Ibnu Adi, dan Muhammad Septian Ramadhani.

Wakil Rektor IV Universitas Brawijaya, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., menjelaskan bahwa kisah Pangeran Sutasoma mengandung nilai-nilai luhur yang selaras dengan Karakter Brawijayan. “Sutasoma adalah simbol keteladanan. Ia meninggalkan kemewahan istana demi menempuh laku spiritual dan menegakkan prinsip kemanusiaan. Cerita ini sangat relevan dalam membangun karakter mahasiswa UB yang berjiwa welas asih, toleran, dan memiliki daya juang dalam kebaikan,” ungkapnya.
Cerita Pangeran Sutasoma mengisahkan perjalanan putra Prabu Mahaketu dari Kerajaan Hastina, yang memilih bertapa di Gunung Semeru untuk mencari jati diri. Dalam perjalanannya, ia menghadapi berbagai ujian, termasuk menyelamatkan harimau yang kelaparan dan menentang Raja Purusadha, pemakan manusia. Kisah ini menggambarkan spirit pengorbanan dan persatuan demi masa depan umat manusia yang lebih mulia dan damai.

Direktur PT Brawijaya Multikreasi Utama (BMU) sekaligus pelaksana acara, Dr. Edi Purwanto, S.T.P., M.M., turut memberikan pandangannya mengenai kolaborasi budaya ini. “Brawijayan Tosan Aji bukan hanya sebuah perhelatan seni, tetapi juga platform strategis untuk mengangkat warisan budaya lokal ke panggung internasional. Kami di BMU mendukung penuh proses kreatif dan edukatif ini sebagai bagian dari ekonomi kreatif berbasis budaya, sekaligus membuka ruang interaksi antara lokalitas dan globalitas.”

Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., dalam sambutannya menyampaikan, “Pagelaran ini adalah bentuk nyata diplomasi budaya UB ke tingkat global. Kita ingin dunia mengenal nilai-nilai luhur Nusantara, khususnya Jawa Timur, melalui medium yang kreatif dan melibatkan generasi muda lintas bangsa. Ini adalah upaya UB dalam membangun peradaban berbasis karakter.”

Apresiasi juga disampaikan oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadli Zon, S.S., M.Sc., yang turut hadir dalam acara tersebut. “Saya bangga Universitas Brawijaya tidak hanya menjadikan budaya sebagai simbol, tetapi benar-benar menghidupkannya melalui karya nyata. Mengajak mahasiswa internasional bermain wayang adalah bentuk pelestarian sekaligus internasionalisasi budaya yang sangat progresif,” ujar Dr. Fadli Zon.
Pagelaran Karakter Brawijayan ini menjadi momentum penting dalam mempertemukan tradisi, pendidikan, dan kolaborasi internasional. UB berharap langkah ini dapat terus memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi, serta menjadi contoh praktik pendidikan karakter yang otentik dan relevan. (Aziz/Humas)




