Mahasiswa FP Lakukan Riset Pengembangan Padi Tetraploid

Foto Pencarian Benih Padi Lokal
Foto Pencarian Benih Padi Lokal

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (2014) menyebutkan bahwa luas lahan kering masam di Indonesia berjumlah sekitar 107.358 juta ha dengan sebaran dominan berada di luar pulau Jawa seperti di Kalimantan dengan luas 39.094.313 ha (36,42%), Sumatera 30.934.790 ha (28,81%), dan Papua 19.353.332 ha (18,03%). Luas lahan kering masam yang berpotensi menjadi lahan pertanian kurang lebih sekitar 62,64 juta ha dengan ketersediaan yang sesuai untuk tanaman semusim seluas 7,08 juta ha dan tanaman tahunan seluas 15,31 juta ha. Terbentuknya lahan masam tidak hanya disebabkan oleh sifat tanah yang masam secara alami karena kekurangan kalsium, asam organik akibat dekomposisi bahan organik, curah hujan tinggi, fraksi tanah, maupun aktivitas vulkanis, namun juga dapat diakibatkan oleh hujan asam. Hujan asam mengandung asam sulfat dan asam nitrat yang berasal dari polusi udara, seperti emisi dari industri, pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor. Di Indonesia, hujan asam pernah terjadi di beberapa wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Bandung, Jakarta, dan lain sebagainya. Terjadinya hujan asam dapat menjadi penghambat bagi pertumbuhan tanaman dan rentan terhadap penyakit, sehingga kualitas hasil panen menjadi kurang optimal.

Berdasarkan permasalahan tersebut, lima mahasiswa Fakultas Pertanian  yang terdiri dari Dhia Salma Alaudi Hafied , Fatahillah Salsa Nur Rizqi, M. Fachri Hibatullah, Sutarni Setyaningsih , dan Syifa’ Nur Hani’ah melakukan sebuah riset tentang pengembangan padi tetraploid yang diuji pada beberapa konsentrasi cekaman lahan masam. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Budi Waluyo S.P., M.P, dosen fakultas pertanian yang berkecimpung dalam bidang pemuliaan tanaman. Dukungan dana dalam penelitian ini diberikan oleh Kemedikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui skema pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa bidang riset dan eksakta. 

Foto Perendaman Induksi Tetraploid pada benih padi dengan Perendaman Kolkisin
Foto Perendaman Induksi Tetraploid pada benih padi dengan Perendaman Kolkisin

Pembentukan padi tetraploid secara luas dapat meningkatkan vigor tanaman agar mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Induksi poliploidi menjadi salah satu cara untuk mendapatkan sumber genetik yang berdaya hasil tinggi dengan pemberian mutagen kimia seperti kolkisin. Penggandaan jumlah sel akibat poliploidisasi dapat meningkatkan ketahanan tanaman karena dengan bertambahnya jumlah kromosom akan mendukung peningkatan fungsi-fungsi organ tanaman. Pemberian perlakuan masam dilakukan sebagai simulasi pada lingkungan yang masam, sehingga diharapkan dapat menghasilkan gen-gen padi yang toleran terhadap cekaman masam sebagai varietas unggul untuk kualitas dan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan dengan padi diploid.

Penelitian ekplorasi padi lokal tetraploid yang dilakukan menggunakan 7 genotip padi di antaranya adalah varietas lokal Jombang, Gundil Wesi lokal Malang, Genjah Rawe lokal Malang, Beras Hitam Panjang lokal Toraja, Pare Metik Beras Pendek lokal Toraja, Inpari 32, dan Inpago 12. Benih dari setiap varietas yang sudah berkecambah diberi perlakuan induksi tetraploid dengan kolkisin melalui perendaman secara berselang (6 jam rendam– 6 jam tiris) sebanyak 2-3 kali pengulangan. Setelah didapati adanya perubahan volume kecambah, benih dipindahkan ke cawan petri dengan kapas/tisu sebagai media persemaian hingga akhir perkecambahan untuk dilanjutkan pindah semai ke  wadah plastik hingga muncul setidaknya 3 helai daun. Perlakuan masam dilakukan melalui media tanam lanjutan berupa tanah yang diberi larutan masam dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Adapun metode yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi dan stomata tanaman padi, kemudian diuji menggunakan ANOVA dengan taraf 5% untuk melihat perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan serta uji lanjut BNT dan analisis multivariat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan keragaman genetik varietas padi lokal serta varietas yang lebih tahan terhadap kondisi lahan masam. Padi yang tahan cekaman lahan masam memungkinkan petani untuk memanfaatkan lahan-lahan yang sebelumnya tidak produktif, sehingga dapat mendukung keberlanjutan pertanian. Mampu meningkatkan produksi padi sehingga mendukung ketahanan pangan nasional. Penelitian ini juga mendorong inovasi baru dalam  bidang pertanian khususnya pada pemuliaan tanaman. (*/Humas UB)