Sejumlah mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengubah limbah cucian industri garam menjadi bahan baku untuk baterai kendaraan listrik. Penelitian ini dilakukan oleh lima mahasiswa Bintang Dwi Nur Rohmad , Rifqi Fajar Maulana, Uray Keisya Ranaputri, Azhar Fakhri Nugraha dan Dewi Sakhinah.
Baterai magnesium-ion (Mg-ion) dikenal memiliki kapasitas volumetrik yang lebih tinggi dan ketersediaan bahan baku yang melimpah di alam dibandingkan baterai lithium-ion (Li-ion) yang saat ini dominan di pasar. Namun, tantangan utama dalam pengembangan baterai Mg-ion adalah kecepatan difusi Mg2+ yang lebih lambat, yang dapat mengakibatkan efisiensi baterai yang berkurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi tantangan tersebut dengan mengoptimalkan penggunaan limbah cucian garam yang mengandung magnesium. Dengan menggunakan metode microwave-solvothermal, peneliti berharap dapat menghasilkan material katoda dengan sifat kinetika elektrokimia yang unggul.
“Kami berharap bahwa dengan penelitian ini, kita dapat mengurangi limbah industri dan
mengubahnya menjadi sesuatu yang berguna, yaitu bahan baku untuk baterai kendaraan listrik yang lebih efisien dan berkelanjutan,” ujar Bintang Dwi Nur Rohmad.
Penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan teknologi baterai yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dan memberikan terobosan baru bagi masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem.
Prof. Akhmad Sabarudin selaku dosen pembimbing, menekankan pentingnya riset ini dalam
menghadapi tantangan energi bersih dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“Penelitian ini merupakan langkah penting dalam pengembangan material science untuk baterai kendaraan listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” katanya.
Dia menambahkan, penelitian ini adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk mempromosikan penggunaan energi bersih dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Dengan demikian, masyarakat dapat berharap pada kemajuan teknologi yang tidak hanya menguntungkan industri kendaraan listrik tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi planet kita. (*/OKY/Humas UB)