Mahasiswa Asing UB Terpesona Wayang Kontemporer: Dari Gamelan hingga Cinta Indonesia

Mahasiswa Asing UB Terpesona Wayang Kontemporer

Pertunjukan Wayang kontemporer yang menjadi bagian dari Brawijaya Tosan Aji Fest 2025, (19/04/2025) silam, memberikan kesan mendalam bagi para mahasiswa asing Universitas Brawijaya (UB). Melalui kolaborasi apik antara seni pedalangan dan gamelan, acara ini sukses membuka ruang pemahaman lintas budaya sekaligus mempererat hubungan antarbangsa melalui seni tradisional Indonesia.

Yeriel (Madagaskar)

Salah satu mahasiswa asing, Yeriel dari Madagaskar, menyampaikan kekagumannya terhadap musik gamelan yang menurutnya bukan hanya indah secara musikal, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan.

“Latihan gamelan mengajarkan saya untuk lebih sabar, fokus, dan telaten. Dari sesuatu yang kita anggap sudah tahu, ternyata masih banyak yang bisa dipelajari,” ujarnya.

Ahmed El Sayed (Mesir)

Senada dengan Yeriel, Ahmed El Sayed asal Mesir menyebut bahwa pengalaman ini sangat unik dan layak diulang. “Absolutely great, I would love to do again in the future!” katanya penuh semangat.

Zang Ziqi (Tiongkok)

Zang Ziqi, mahasiswa dari Tiongkok, mengaku bahwa selain belajar gamelan, ia juga mengenal bahasa Jawa untuk pertama kalinya. “Itu acara yang luar biasa,” ucapnya singkat namun bermakna.

Nigora Muminova (Uzbekistan)

Sementara itu, Nigora Muminova dari Uzbekistan mengungkapkan pengalaman emosionalnya selama pertunjukan. “Saya merasa sangat bahagia dan bersemangat. Awalnya takut salah, tapi teman-teman dan guru sangat sabar. Ini bukan hanya tentang musik, tapi juga tentang kebersamaan dan cinta pada budaya Indonesia,” tutur Nigora dengan mata berbinar. Ia berharap bisa kembali mengikuti kegiatan serupa.

Đàng Nguyễn Trúc Linh (Vietnam)

Đàng Nguyễn Trúc Linh, yang akrab dipanggil Melly dari Vietnam menambahkan bahwa kesempatan ikut bermain gamelan adalah pengalaman budaya yang tak terlupakan.

“Kedekatan dan keramahan para pelatih membuat saya semakin ingin berpartisipasi dalam lebih banyak program seni dan budaya,” ungkapnya sambil berharap adanya kolaborasi berkelanjutan antara Indonesia dan Vietnam.

Bai Yiting (Tiongkok)

Bai Yiting dari Tiongkok pun membagikan kisahnya yang penuh makna saat memainkan instrumen Saron Penerus.

“Saya merasa menjadi bagian dari sebuah harmoni. Tidak hanya belajar musik, tapi juga nilai kerja sama dan rasa hormat,” katanya. Ia merasa bangga bisa ikut melestarikan warisan budaya Indonesia dan berharap dapat terus berkontribusi dalam memperkenalkannya kepada dunia.

Pertunjukan Wayang kontemporer dalam Brawijaya Tosan Aji Fest 2025 tak hanya memukau para penonton lokal, tetapi juga memberi ruang pengalaman budaya otentik bagi mahasiswa internasional UB. Hal ini membuktikan bahwa seni tradisional Indonesia memiliki kekuatan untuk menyatukan dan menginspirasi lintas bangsa. [AZZ/Humas UB]