Perwakilan Unit Layanan Disabilitas Universitas Gadjah Mada berkunjung ke Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, Selasa (6/8/2024). Agenda tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman penyelenggaraan layanan inklusif di perguruan tinggi.
Direktur Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, Zubaidah Ningsih AS., Ph.D., menyampaikan rasa bahagia dapat belajar bersama tentang layanan disabilitas.
“Saya sangat senang kita dapat bertemu bersama untuk terus belajar. Kami menyambut dengan sebaik-baiknya kunjungan bapak dan ibu, dan sangat senang bisa mendengar bahwa kampus-kampus di Indonesia mulai semakin inklusif,” ungkap Zubaidah.
Hadir menjelang siang di Rumah Layanan Disabilitas UB, yang merupakan sekretariat SLD, perwakilan ULD UGM disambut hangat beberapa pengurus SLD. Peserta kunjungan terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa UGM. Diawali dengan perkenalan masing-masing orang, kegiatan berlanjut pada sharing pengalaman umum dan spesifik terkait layanan.
Wuri Handayani, Ph.D., dosen FEB UGM juga menceritakan sekilas latar belakang kunjungan kali ini dan berharap dapat berbagi pengalaman terkait layanan disabilitas di perguruan tinggi.
“Meskipun memang sudah menerima mahasiswa penyandang disabilitas dari beberapa tahun yang lalu dan banyak melibatkan mahasiswa di UKM untuk layanan, UGM baru-baru ini juga meresmikan pendirian Unit Layanan Disabilitas,” ucap Wuri di sela-sela perkenalan awal di kesempatan tersebut.
Mahasiswa UGM yang hadir pada kesempatan tersebut terdiri dari berbagai ragam disabilitas. Mereka juga turut berbagi pengalaman dan menanyakan tindak tanduk layanan disabilitas di UB, seperti bagaimana sistem penjadwalan pendampingan dan lainnya.
“Saya secara pribadi sangat senang bisa berkunjung ke sini. Saya ingin tahu tentang bagaimana penjadwalan dan pengaturan layanan di sini,” ungkap salah satu mahasiswa UGM yang turut hadir dalam kesempatan tersebut.
Pertanyaan tersebut ditanggapi oleh tim layanan SLD UB tentang bagaimana selama ini UB belajar dari trial and error hingga akhirnya dapat menyediakan layanan yang stabil dan sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas.
Rencana kedepan dan tantangannya
Pertemuan diformat sesantai mungkin untuk membuka banyak percakapan tentang layanan disabilitas di perguruan tinggi. Selama hampir tiga jam berlangsung, banyak yang dapat dibahas mulai dari mekanisme penerimaan mahasiswa baru penyandang disabilitas, layanan akademik dan non-akademik, hingga praktik-praktik advokasi di lingkungan kampus.
Wuri Handayani, dosen penyandang disabilitas di FEB UGM, juga menanyakan terkait rencana jangka panjang UB dalam hal pemenuhan hak penyandang disabilitas.
“Setelah percakapan tentang layanan dan praktik yang sudah dilakukan ini, saya bertanya bagaimana rencana ke depan layanan disabilitas berdasarkan pengalaman lebih satu dekade tersebut?” tanya Wuri.
Menanggapi hal tersebut, Zubaidah Ningsih sebagai direktur SLD UB menjelaskan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi layanan disabilitas di UB terhitung besar. Salah satunya adalah penyediaan layanan untuk penyandang disabilitas mental, psikososial, dan intelektual.
“Pada mahasiswa dengan ragam disabilitas tersebut, kami masih baru memulai rancangan layanan yang tepat untuk mereka. Kami juga belajar dari Ohio State University minggu lalu terkait bagaimana praktik mereka pada individu dengan disabilitas mental, psikososial, dan intelektual,” tanggap Zubaidah.
Ia juga menambahkan bahwa kerja sama lintas unit dan lembaga sangat penting untuk mensukseskan layanan disabilitas di perguruan tinggi.[mahali/sitirahma]