Delegasi Universitas Brawijaya (UB) meraih prestasi gemilang dalam ajang National University Debating Championship (NUDC) 2024, yang diselenggarakan di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan sebagai tuan rumah pada (26/5-2/6/2024). Hemalia Kusuma Dewi, akrab dipanggil Hema, beserta rekannya Muhammad Irfan Azhari, disapa dengan Irfan, merupakan mahasiswa berprestasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Hubungan Internasional yang berhasil menyabet posisi juara III (2nd runner up) NUDC 2024. National University Debating Competition (NUDC) merupakan laga debat antar Perguruan Tinggi berskala nasional dibawah naungan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbudristek.
Hema dalam wawancara bersama PRASETYA Online menyatakan dirinya mengasah skill debat bahasa Inggris sudah sejak SMA.
“Aku tertarik di dunia debat terkhusus english debate karena sejak SMA sudah bergabung di klub debat bahasa Inggris. Aku ingin mengembangkan skill public speaking, critical thinking, dan kemampuan bahasa Inggrisku agar lebih fluent. Semasa SMA aku juga aktif ikut lomba debat dan aku belajar juga terkait dinamika tim, bagaimana cara berkomunikasi tim, kompromi dengan tim, dan bisa memahami satu dengan lain agar kasus yang diangkat bisa dibawakan dengan baik,” ungkap Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) FISIP 2023 itu.
Peraih gelar Open Semifinalist & Co-8th Best Speaker Aurgumentum di Intervarsity Debating Competition itu menyatakan dirinya sempat vakum di dunia perdebatan semasa kuliah.
“Sebenarnya di kuliah sempat vakum beberapa tahun, tapi di semester 6 ini ada orang yang nge-reach out aku untuk menjadi delegasi FISIP untuk kemudian diseleksi di tingkat UB dan terpilih menjadi perwakilan UB di NUDC daerah wilayah III mendapat medali emas dan alhamdulillah lolos ke NUDC nasional,” cerita Hema.
Dirinya juga menceritakan bahwa timnya mendapat kesempatan menjadi delegasi Indonesia di World University Debate Championship (WUDC) di Panama awal tahun 2025.
“Alhamdulillah, tim kami terpilih jadi perwakilan UB ke NUDC wilayah III dan berhasil mencapai tingkat nasional. Dan NUDC memiliki tujuan akhir jika bisa masuk grand final NUDC nasional, ia akan menjadi delegasi Indonesia di WUDC dimana ini adalah lomba debat paling prestise dunia yang akan diselenggarakan di Panama awal tahun 2025. Dan alhamdulillah kami dapat kesempatan jadi perwakilan Indonesia di ajang internasional tersebut,” ucap perwakilan kontingen debat UB tersebut.
Dalam pelaksanaannya, NUDC tidak ada tema spesifik karena setiap ronde memiliki mosi yang berbeda untuk diacak.
“Jadi setiap ronde memiliki mosi yang berbeda-beda. Selama NUDC kemarin, saya sampai grand final harus menempuh 13 ronde yang memiliki tema berbeda semua. Tema nya mencakup edukasi, hukum, ekonomi, international relation (geopolitik), filosofi, dan masyarakat,” ucap Hema dalam wawancaranya.
Kriteria penilaian dalam perhelatan ini ada 3 komponen, yaitu matter, manner, dan method. Matter erat kaitannya dengan isi dan substansi dari argumen yang dapat diterima secara logis. Manner adalah cara penyampaian argumen dengan jelas dan eksplisit, serta method adalah berkenaan dengan struktur speech berdasarkan British Parliamentary yang fleksibel.
“Poin yang paling penting adalah matter terkait dengan isi, substansi, dan argumen dapat diterima secara logis. Dan ini adalah komponen penilaian yang paling penting karena kita harus meyakinkan juri bahwa argumen kita yang paling relevan dan tidak harus semuanya dengan data karena NUDC ini membangun kasus secara insidental jadi diberikan waktu 15 menit untuk bangun argumen sehingga di situ kita hanya berusaha untuk meyakinkan juri dengan materi yang kita ingat, dan argumen dibangun step by step,” ungkapnya.
Pengalaman unik dan berliku juga diceritakan Hema selama mengikuti lomba NUDC ini. “Proses lomba sangat berliku, banyak halangan rintangan yang dipelajari karena kita dari babak penyisihan hingga final itu berlangsung selama lima hari nonstop tanpa ada jeda hari. Tiga hari pertama debat selama tiga ronde dan dua hari terakhir debat selama dua ronde dan total lomba sebanyak tiga belas ronde. Dan itu tidak mudah sama sekali karena cukup melelahkan karena normal nya saja debat itu satu hari untuk tiga ronde saja sudah capek banget. Aku juga merasa ini sangat menguras tenaga secara mental dan fisik,” ceritanya.
Selain menguras pikiran, di sisi lain lomba ini juga menghabiskan tenaga mereka karena jarak penginapan dan venue cukup jauh. Demi menghemat. mereka memutuskan untuk jalan kaki salam lomba.
“Cerita unik dari NUDC nasional ini adalah penginapan itu jaraknya 1,5 kilometer dari venue dan delegasi UB memutuskan untuk berjalan kaki sehingga selama 1 minggu kami berjalan terus di sana. Dan dalam satu harinya bisa mencapai 3 KM pulang pergi,” ungkap Hema.
Pada akhirnya, meskipun menghadirkan tantangan yang sangat berat dalam hal fisik dan mental, partisipasi dalam NUDC membawa banyak manfaat yang tak ternilai. Selain penghargaan yang diterima, tim debat UB juga memperoleh wawasan berharga dari para juri. Prestasi sebagai juara kedua dalam kompetisi ini merupakan penghargaan atas perjuangan dan rintangan yang telah diatasi. Bahkan, pengalaman ini menjadi salah satu momen paling berkesan selama masa kuliah menurut Hema. Secara keseluruhan, dirinya sangat bersyukur telah mengikuti NUDC dan menghadapi setiap tantangannya.
“Kesan positif di sini adalah banyak banget pelajaran yang didapatkan selain dari awardnya itu sendiri. Insight yang kita dapatkan dari juri dan itu berkontribusi pada peningkatan skill individu/tim. Aku melihat ada payback dari halangan dan rintangan yang telah tim lalui bersama berupa award menjadi juara kedua di NUDC ini. It was memorable moment selama kuliah ini karena memang pada dasarnya se hectic itu berlaga selama lima hari nonstop. Eventually it’s very good and I’m glad that I went through NUDC,” kesannya dalam mengikuti perlombaan NUDC 2024. [dea/sitirahma]