Komunikasi menjadi salah satu poin penting bagi segala bentuk aktivitas. Pentingnya komunikasi secara sederhana dapat diketahui dari kebiasaan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia tidak dapat bertahan hidup apabila mengabaikan peran serta bantuan dari orang lain. Pada hal tersebut, manusia sebagai makhluk sosial identik dengan adanya kepentingan menjalin hubungan dengan orang lain. Jalinan hubungan tersebut didapatkan melalui komunikasi.
Hubungan manusia satu dengan yang lain atau adanya bentuk-bentuk kerja sama secara lebih kompleks dapat diketahui melalui peran pada suatu organisasi. Salah satu contoh organisasi tersebut adalah organisasi di sektor publik. Adanya struktur organisasi publik yang kompleks dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
Struktur organisasi publik pada gambar di atas sangat kompleks. Struktur kompleks tersebut dalam hal untuk menjalankan kegiatan diperlukan hubungan antar pegawai. Hubungan tersebut adalah menjalin komunikasi yang baik. Penyebaran informasi, pendapat, kriktik, dan saran dapat tersalurkan melalui peran komunikasi. Apabila komunikasi tidak berjalan dengan efektif, maka dapat dipastikan organisasi yang berjalan mengalami kemunduran atau tujuan dari suatu organisasi tidak tercapai.
Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules (2001) terkait definisi komunikasi organisasi secara interpretative, yaitu proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Jadi, perspektif interpretative menekankan pada “orang-orang” dan “proses” dalam menciptakan makna.
Terdapat faktor-faktor yang berkaitan dengan komunikasi menurut De Vito (1997), yaitu:
Keterbukaan tentang komunikasi interpersonal, yaitu:
Harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi.
Keterbukaan menunjukkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya.
Empati, seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Adanya empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.
Perilaku suportif atau sikap mendukung, komunikasi interpersonal akan efektif apabila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan (defensif). Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif, yakni deskriptif, spontanitas dan profisionalisme.
Perilaku positif, komunikasi interpersonal akan efektif apabila memiliki perilaku positif. Sikap positif dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua aspek, yaitu:
Komunikasi interpersonal akan berkembang apabila terdapat pandangan positif terhadap diri sendiri.
Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi.
Kesamaan atau kesetaraan, kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup dua hal, yaitu:
Kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi interpersonal umumnya akan lebih efektif apabila para pelakunya memiliki nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif.
Kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi, memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.
Komunikasi di sini berperan untuk memfasilitasi suatu kinerja atau tugas-tugas yang dilakukan pada setiap pegawai, tentunya dalam hal tersebut mempengaruhi terkait budaya pada suatu organisasi. Menurut Rivai dan Mulyadi (2012) bahwa, budaya organisasi adalah suatu kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah laku sehari-hari dan membuat keputusan untuk karyawan dan mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai (Values) organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan oleh organisasi, sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.
Berdasarkan pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, budaya organisasi digunakan sebagai pengontrol serta pemberi arahan dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia dalam berorganisasi. Pada budaya organisasi yang timbul, dapat memberikan dampak positif tidak hanya bagi individu anggota suatu organisasi, tetapi juga bagi organisasi dalam mencapai visi dan misi serta tujuannya.
Komunikasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja pegawai saat melakukan tugas. Komunikasi yang efektif, yaitu bagaimana karyawan mengkomunikasikan informasi, antara atasan dan bawahan, atau sebaliknya, yaitu antara pegawai dan pegawai di pada organisasi tertentu, untuk mendukung kinerja yang tinggi. Bertukar pikiran dapat mempengaruhi berjalannya budaya pada suatu organisasi sehingga mempengaruhi kinerja pegawai.
Berkaitan dengan budaya organisasi yang diterima dengan baik oleh pegawai mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan tugas serta memiliki kesesuaian standar yang ditentukan dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi dalam mengimplementasikan aspek atau nilai budaya organisasinya dapat mendorong organisasi untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Tujuan pengelolaan budaya organisasi menjadi faktor unggul dalam menciptakan kinerja pegawai yang berkompetan dengan syarat pegawai dalam suatu organisasi memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Penulis:
RESTI OKTAVIARNI
Mahasiswa Magister Administrasi Publik