Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018, prevalensi pencabutan gigi di Indonesia mencapai 7,9%. Gelfoam atau gelatin foam dapat mengontrol perdarahan pasca pencabutan gigi dalam waktu <10 menit. Spons gelatin ini berasal dari gelatin murni yang berbentuk spons lentur, berpori, dan mudah menyerap.
Di sisi lain, Indonesia adalah negara penghasil udang ketiga di dunia. Kulit udang mencapai 45-55% berat total dengan nilai ekonomis yang rendah dan dianggap sebagai limbah, meskipun mengandung kitin yang dapat menghasilkan kitosan. Kitosan memiliki berbagai keistimewaan seperti bersifat antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dapat menjadi agen penggumpal, dan dapat diserap oleh tubuh.
Kombinasi kitosan dan molekul bioaktif lain meningkatkan sifat mekanik, penyerapan protein, serta biomineralisasi. Oleh karena itu, kami mengombinasikan kitosan dengan molekul bioaktif dari ekstrak biji alpukat. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, produksi alpukat di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 609.049 ton. Biji alpukat mengandung minyak atsiri, senyawa bioaktif, serat, dan sumber karbon hingga 15% total berat dan dapat menjadi alternatif obat berbagai penyakit.
Belum tersedianya produk komersial gelfoam berbahan herbal mendorong kelompok kami yang beranggotakan Oliresianela, Esra Kusteniuk Simanjuntak, Fiorina Divasinta Mirelia Marsudi, Langit Jingga, dan Nabila Oktavina Dwiputri, di bawah bimbingan drg. Diah, Sp. Perio, untuk menginovasikan kombinasi kitosan dan bahan aktif ekstrak biji alpukat untuk menunjang daya guna gelfoam. Oleh karena itu, inovasi ini diharapkan dapat menjadi alternatif penyembuhan luka pasca pencabutan gigi. (Oli/VQ)