Kolaborasi Program Globalizing UB, Indopol Bagikan Hasil Survey Perilaku Politik Masyarakat Jatim

Salah satu program andalan UB, Globalizing UB Project, yang mengambil kajian Perilaku Politik Dalam Perspektif Sub Kultur Jawa Timur bekerjasama dengan lembaga survei Indopol Survey (Indonesia Political Survey and Consulting). Indopol memaparkan hasil survey bersama pada Seminar Perilaku Politik di Era Digital Dalam Perspektif Sub Kultur Jawa Timur, Kamis (12/12/2024), di Gedung B Fakultas Ilmu Administrasi.

Kajian ini merupakan tema yang diusung Novy Setia Yunas, S.IP., M.IP (dosen FISIP) dan Andhyka Muttaqin, S.AP., M.AP (dosen FIA) hingga menjadi bagian dari program Globalizing UB. Keduanya menghadirkan dua pembahas yakni Dr Riyanto, M. Hum (bidang Budaya & Antropologi) dan Wawan Sobar, S.IP., MA., Ph.D. (bidang Politik).

Temuan survei pilkada Indopol Survei yang di Jawa Timur ini sendiri menggunakan perspektif subkultur. Indopol survey membagi masyarakat ke dalam 5 sub kultur. Subkultur tersebut antara lain Arek yang mencakup Malang, Surabaya hingga Jombang. Subkultur Mataraman yang mencakup Ponorogo, Madiun, Kediri, Bojonegoro  hingga Blitar. Subkultur Madura, Sub Kultur Pantura yang mencakup Lamongan dan Tuban dan Subkultur Pandalungan mencakup Probolinggo, Jember, Situbondo hingga Banyuwangi.

Temuan yang didapatkan dari Indopol Survei tersebut salah satunya menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat menentukan pilihan politiknya berdasarkan figur calon pasangan dengan jumlah 39.5% dan program kerja dengan jumlah 35.88%. Ratno Sulistiyanto Direktur Eksekutif Indopol Survey juga menjelaskan bahwa media sosial mempunyai peran besar dalam mempengaruhi pilihan mayoritas masyarakat Jawa Timur.

“Pengaruh media sosial terhadap pilihan politik cukup besar. Jadi ketika diperdalam bahwa media sosial bagaimana pengaruhnya terdapat 49.75 persen”, sebutnya.

Hal ini berdampak pada masyarakat yang pada temuan survei bahwa orang atau pihak disekitar lingkungan hidupnya seperti tidak lagi terlalu berpengaruh pada pilihan politik. Orang atau pihak yang disekitar lingkungan seperti bapak, suami, saudara, organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat hanya ditemukan sejumlah kurang dari 9.5%.

Wawan Sobari, S.IP.,MA., Ph.D yang juga merupakan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB menjelaskan bahwa cara politik sekarang sudah berubah. Dengan beralihnya ke sistem digita dan munculnya media sosial, Algoritma dan Artificial Intelligence merubah peta politik. Dirinya mengatakan bahwa media sosial menjadi salah satu faktor determinan pilihan politik.

“Asumsinya adalah media sosial bisa menjadi salah satu determinan untuk menyebarkan informasi, membangun keterlibatan emosional dan memobilisasi massa dalam pemilu. Mobilisasi dalam hal ini artinya mempersuasi pemilih” Jelasnya.

Walaupun begitu media sosial sebagai faktor determinan pilihan politik merupakan pisau bermata dua. Di satu sisi media sosial dapat mendekatkan pemilih dengan calon, namun media sosial juga dapat menjauhkan dengan para calon melalui black campaign.[romi/sitirahma]