
Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) melaksanakan Pengabdian Masyarakat Internasional kepada kelompok Masyarakat Ekoliterasi Merdeka (MEM) Secang di Desa Secang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan yang berkolaborasi dengan tim International Summer Course Departemen Biologi UB ini dilaksanakan pada Senin, 6 Mei 2024 dan diikuti oleh 14 petani kopi setempat.
Acara dibuka oleh Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Mufidah Afiyanti, S.P, Ph.D. Ia menyampaikan, tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung perlindungan keanekaragaman hayati daratan, termasuk spesies tumbuhan dan hewan, pemulihan habitat yang rusak, dan pengendalian spesies invasif yang merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem daratan (SDGs 15).
Pada kegiatan ini disampaikan pemaparan hasil penelitian oleh peserta International Summer Course 2024, serta melakukan small project biodiversitas hayati di kebun kopi organik dan semi-organik, khususnya di perkebunan kopi milik kelompok MEM.
“Observasi dan upaya penyelamatan biodiversitas hayati ini penting untuk menghadapi tantangan dunia, terutama dalam memperlambat laju pemanasan global,” kata Mufidah Afiyanti.
Penelitian yang dilakukan di antaranya adalah jenis-jenis tumbuhan liar yang bersifat invasif dan berpotensi menjadi gulma bagi tanaman kopi, jenis serangga yang berperan sebagai hama, serta serangga lain yang berpotensi sebagai musuh alami, dan dampak aktivitas manusia terhadap kualitas air di Sumber Manis dan alirannya.
“Melalui hasil penelitian ini para peserta memberikan rekomendasi akan sistem penanaman kopi yang lebih sehat serta berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta nilai ekonomi kopi,” lanjut Mufidah.

Beberapa saran lainnya yang dikemukakan oleh peserta Summer Course adalah menambah jenis tanaman buah-buahan yang dapat meningkatkan penghasilan kebun selain kopi atau dapat menggunakan sistem tumpang sari seperti yang dilakukan oleh beberapa petani. Selain itu, penggunaan pupuk kimia dapat diganti dengan pupuk organik seperti pupuk kandang. Pihak dosen pun juga ikut serta memberikan saran untuk menanam beberapa tanaman refugia yang dapat menjadi habitat musuh alami bagi hama tanaman kopi.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipimpin oleh Dr. Muhammad Yusuf. Para petani antusias bertanya, salah satunya adalah Ibu Rika yang tertarik untuk melakukan sistem pertanian organik penuh meski saat ini masih menggunakan pupuk kimia serta pestisida.
“Diskusi terkait permasalahan yang dihadapi oleh petani di Perkebunan kopi bersama dengan dosen dan peserta Summer Course berlangsung dengan baik. Masyarakat mendapatkan ilmu baru terkait keanekaragaman hayati dari sisi serangga maupun tumbuhan serta manfaat keanekaragaman tersebut bagi keberlangsungan perkebunan kopi mereka,” terang Mufidah.
Para petani sangat mengapresiasi sosialisasi ini dan berharap adanya keberlanjutan program di tahun mendatang. Pak Imron, salah satu petani yang menerapkan sistem organik juga sangat terbuka menerima mahasiswa yang ingin melakukan penelitian kopi. [Bio/Irene]