KKN FP UB Kenalkan Budidaya Maggot Untuk Pengolahan Sampah Cerdas

Mahasiswa S1 Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Argosuko, Kecamatan Poncokusumo, Kab. Malang. Kegiatan tersebut berjalan selama selama 1 bulan. Kegiatan yang bertajuk “Introduksi Budidaya Maggot sebagai Solusi Penanganan Sampah Organik”, di bawah bimbingan Gabryna Auliya Nugroho, SP., MP., MSc dan Nina Dwi Lestari, SP., M. Ling.

Dosen dan mahasiswa memperkenalkan teknologi penanganan sampah organik dengan pemanfaatan maggot. Berangkat dari masalah mengenai belum adanya pengelolaan limbah organik pasar di desa Argosuko, kegiatan pengabdian masyarakat ini menawarkan konsep pengolahan sampah cerdas. Pengelolaan sampah organik dari pasar dan dari lahan pertanian dapat dikelola dengan pemanfatan maggot, dimana maggot yang merupakan larva lalat hitam BSF tersebut dalam sehari memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi limbah lunak 3 kali lebih berat dari tubuhnya. Maggot mempunyai peran untuk pengurangan sampah organik,bisa menjadi pakan alternatif, dan bisa menjadi upaya penanganan sampah aman dan keberlanjutan.

Pengabdian masyarakat ini dikemas dalam beberapa rangkaian kegiatan, di antaranya sosialisasi, pengenalan fase-fase kehidupan larva maggot dan lalat, demonstrasi budidaya maggot, pengenalan produk turunan maggot yang bernilai tinggi, serta diskusi dan tanya jawab kepada gapoktan dan warga Desa Argosuko. Antusiasme warga meningkat setelah mengetahui besarnya nilai ekonomi produk turunan dari maggot. Larva BSF ( Black Soldier Fly) mampu menjadi solusi pengelolaan sampah dan sekaligus menawarkan prospek ekonomi sirkular bagi pengelola.

Pada kegiatan yang baik ini, Tim Dosen melakukan serah terima perangkat budidaya maggot berupa 1 buah rak lalat dan 1 buah rak maggot berukuran 200 x 60 x 50 cm, lengkap dengan modul budidaya maggot. Menurut Gabryna Auliya Nugroho, SP.,MP.,Msc, perlu dukungan untuk berjalannya konsep pengelolaan sampah yang tepat ,juga diperlukan kontribusi yang positif dari berbagai pihak untuk menyukseskan pengelolaan sampah yang baik.

“Introduksi budidaya maggot akan membuka langkah dalam optimalisasi pengelolaan sampah. Adapun manfaat dari kegiatan ini selain yang dirasakan oleh warga, mahasiswa juga mendapatkan gambaran mengenai potensi bisnis maggot yang dapat terus dikembangkan” kata Gabryna.

Kepala Desa Argosuko, Choirul Umam, S.E. menyatakan dukungan penuh kegiatan pengabdian masyarakat ini karena telah menghadirkan sebuah inovasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dukungan juga disampaikan oleh Ketua PPL Kecamatan Poncokusumo, “Budidaya maggot menciptakan peluang bisnis di desa kami, dengan ketersediaan sumber bahan makanan bagi maggot berupa sampah organik dan sampah sisa rumah tangga yang banyak terdapat di sini,” kata Eko

Dengan berlangsungnya kegiatan ini, harapanya dapat membantu dalam perencanaan yang tepat dengan memperhatikan keterlibatan aktif dari berbagai pihak untuk menjadikan budidaya maggot sebagai langkah positif dalam menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
Peran dosen dan mahasiswa dalam pengelolaan sampah organik di Desa Argosuko ini sebagai bentuk upaya dalam mencapai Sustainable Development Goals SDGs 1, SDGs 11. Sustainable Cities and Communities, SDGs 12. Responsible Consumption and Production, SDGs 15. Life on Land. [Frida, KAN/ Humas]