
Setiap langkah dari peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025 di Universitas Brawijaya menyimpan kisah perjuangan. Dampingi anaknya selama tes berlangsung. Ainun Zazila seorang ibu asal Sidoarjo, setia menunggu putrinya Nabila, dalam proses mewujudkan impian menempuh pendidikan.
Nabila, yang lulus SMA pada 2024, mengambil masa jeda saat belum berhasil dalam UTBK tahun itu.
Pada tahun 2025 ini, dengan dukungan penuh dari sang ibu, dia kembali berikhtiar, memilih Prodi Biologi FMIPA UB, sesuai dengan minatnya sendiri.
“Anaknya memang dari kecil suka Biologi dan Kimia, meskipun dulu saya berharap dia masuk Matematika karena nilainya bagus. Tapi saya serahkan sepenuhnya ke dia. Saya nggak mau maksa,” ujar Ibu Ainun tersenyum.
Sikap mandiri Nabila telah terasah sejak dini. Semasa SD, dia pernah memenangkan lomba sains tanpa mengikuti bimbingan belajar. Untuk mengasah kemampuan bahasa serta jiwa sosial, Nabila pernah didaftarkan ibunya kursus di Kampung Pare Kediri selama dua bulan. Tidak berhenti di situ, Nabila juga berinisiatif kerja paruh waktu di sebuah toko roti, menggunakan penghasilannya untuk mendukung biaya pendidikan.
“Dia kerja sambil belajar. Uangnya ditabung dan, dibelikan perlengkapan sekolah sendiri. Tapi bulan depan rencananya resign, supaya fokus kuliah,” tuturnya.
Perjuangan ibunya tidak kalah menginspirasi. Meski hanya lulusan SMA, Ainun pernah membuka les privat bagi anak-anak di desanya yang kesulitan belajar. Dengan semangat berbagi, banyak dari muridnya kini berhasil menempuh pendidikan tinggi, hingga jenjang S2.
“Dulu saya juga sempat ingin kuliah. Teman-teman sudah semangatin, tapi belum kesampaian. Sekarang saya cuma berharap anak saya bisa melanjutkan pendidikannya,” ucapnya.
Nabila pernah mengalami perundungan saat SMP, dan sempat mengalami masalah kesehatan serius pada bagian kuku hingga tidak bisa bersekolah selama seminggu. Namun, kekuatannya untuk bangkit membuat sang ibu bangga.
“Dia nggak mau dipandang berhasil karena pengaruh saya. Walau saya pembina Pramuka, dia pengen berdiri sendiri, dan akhirnya bisa menjadi Ketua Pramuka di SMAnya saat itu,” kenang Ainun.
Dalam setiap ujian dan tantangan, Ainun selalu menyampaikan pesan yang sama kepada putrinya untuk tetap semangat, ingat sholat nomor satu, dan jangan berkecil hati bila gagal. “Kalau belum berjodoh di sini, masih ada jalan lain. Yang penting usaha dan ikhlas, kalau berjodoh, pasti ada jalan,” katanya.

Di sela-sela pelaksanaan UTBK, semangat serupa juga terpancar dari Adianto dari Pulau Madura yang turut mengantar putrinya.
Dengan penuh harap, dia menceritakan bagaimana anaknya telah mempersiapkan diri dengan tekun.
“Kami datang jauh-jauh, berharap bisa melihat anak kami melanjutkan pendidikan di UB yang sudah menjadi impiannya sejak dulu,” tuturnya.
Anak dari Adianto diketahui juga konsisten menjadi juara kelas sejak duduk di bangku sekolah, serta aktif di organisasi seperti OSIS.
Adianto dan istrinya yang dengan sabar menunggu anaknya di tengah terik siang kala itu, menceritakan seberapa besar harapan anaknya dapat menggapai impian dan lolos di Kampus UB. Demi hal itu, sang ayah juga menjelaskan bahwa waktu perjalanan yang mereka tempuh dari Madura untuk sampai di UB cukup panjang, sehingga mereka memutuskan untuk menginap semalam di Malang.
Senada dengan itu, Lulu, ibu peserta UTBK asal Lumajang, turut menunjukkan dukungan penuh kepada anaknya. Dia yang berprofesi sebagai seorang guru pun menekankan pentingnya usaha maksimal tanpa mengabaikan nilai kejujuran.
“Tidak ada hasil tanpa perjuangan. Pendidikan itu investasi masa depan,” kata Lulu.
Lulu yang ditemui di dekat gedung Fakultas Hukum UB, kala itu tengah duduk menunggu putri bungsunya selama dimulai hingga berakhirnya sesi ujian di jam 12.30 – 16.15 WIB.
Dia mengatakan rela mengantar dan menunggu putrinya, padahal esok hari harus kembali bekerja sebagai seorang PNS.
Meski berbeda latar belakang, kisah para orang tua ini berpadu dalam satu semangat yang sama yaitu kepercayaan bahwa perjuangan, doa, dan dukungan yang tulus akan menuntun anak-anak mereka menuju masa depan yang lebih baik. Di tengah hiruk-pikuk pelaksanaan UTBK, kisah-kisah ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan tidak hanya lahir dari ketekunan peserta, tetapi juga dari cinta dan pengorbanan di balik layar yang senantiasa menguatkan mereka.(AML/Humas UB)