Pariwisata memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah mendorong pengembangan wisata dengan membangun potensi wisata disetiap daerah, dengan menggiatkan program pembangunan wisata hingga ke unit desa atau kampung. Desa dan kampung wisata diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat desa.
Terbentuknya kampung tematik atau desa wisata tidak terlepas dari village tourism. Village tourism digunakan sebagai allternatif destinasi wisata baru. Sejalan dengan tren yang berkembang di wisatawan yang memiliki fokus pada pendidikan serta kepedulian terhadap isu-isu konservasi lingkungan dan pemberdayaan komunitas dan budaya lokal. Peran masyarakat yang menjadi kunci keberhasilan dalam membangun desa wisata. Namun, pada praktiknya berbagai masalah muncul dalam proses pengembangan desa wisata.
Masalah pengembangan desa wisata ini salah satunya dialami oleh warga Dusun Losawi. Masyarakat dusun Losawi memiliki tujuan mengembangkan dusun dengan mengusung tema Kampung Dolanan. Kampung Dolanan telah dicanangkan dan aktif selama empat tahun. Namun, hingga saat ini pengembangan wisata kampung dolanan belum memberikan dampak dan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar.
Sebagai upaya dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata atau Community Based Tourism (CBT) di Desa Tunjung Tirto, Singosari, Kabupaten Malang.
Pengembangan konsep Community Based Tourism (CBT) ini digagas oleh kelompok Doktor Mengabdi lintas fakultas di Universitas Brawijaya. Kelompok ini diketuai oleh Dr. Desi Tri Kurniawati, S.E.,M.M, dan beranggotakan alm. Sigit Pramono, SE., M.Sc, Risca Fitri Ayuni, S.E , M.M., MBA dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Isma Adila, S.I.Kom,. M.A dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Menurut Desi, ada tiga faktor permasalahan di Kampung Dolanan. “Setelah kami melakukan survey dengan warga dan pengurus kampung, masalahnya terletak pada bidang sumberdaya manusia, infrastruktur dan pengembangan marketing communication”, ujarnya.
Berdasarkan permasalahan yang dialami pengelola kampung dolanan tim pengabdian, menurut Desi, kelompok ini melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan potensi dan penguatan kelembagaan kampung dolanan sebagai destinasi wisata. “Kegiatan tersebut diwujudkan dalam bentuk pelatihan dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur dilakukan membangun landmark desa, pembaharuan permainan tradisional, dan akses lahan”, imbuhnya.
Sedangkan kegiatan pelatihan untuk penguatan kelembagaan, kelompok DM ini melaksanakan workshop pembangunan mindset, marketing branding, social media, mobile photography, dan benchmarking dengan kampung wisata yang berhasil serta dilakukan perumusan action plan. Seluruh kegiatan dilaksanakan sejak bulan Agustus hingga November 2020. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan penerapan protocol kesehatan secara ketat. (Desi/VQ)