
Kita bisa saja membunuh para pelaku kejahatan atau terorisme dengan segala senjata, tetapi pemikiran tentang terorisme jauh lebih berbahaya ketimbang sekadar pelakunya. Hal itu hanya bisa dimusnahkan melalui pendidikan yang bermutu, bermartabat, dan berperikemanusiaan.
Demikian disampaikan Kasatgaswil Jatim Densus 88 Kombespol Iwan Ristiyanto kepada 15.487 mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB), Senin (14/08/2023).
Ia mengutip kata-kata Gus Iqdam dalam salah satu ceramahnya. “Carilah guru yang dapat menjadikan hatimu tenang, dan bisa menangis karena menyadari kesalahan, bukan malah menjerumuskan ke dalam amarah dan kebencian,” kata Iwan.
Menurut Iwan, aksi teror, pengerusakan, dan aksi kejahatan kemanusiaan lainnya bersumber dari paham yang salah dari pelakunya. Berawal dari paham intoleran, yang melahirkan sikap radikalisme, dan berbuah kepada tindakan terorisme.
“Jangan sampai tumbuh kelompok radikal di kampus tercinta ini karena paham yang salah,” katanya.

Pada kesempatan ini, Iwan mengajak ex anggota organisasi radikal Arief Fathoni untuk berbagi dengan para mahasiswa baru.
Arief mengaku sempat terjerumus di organisasi radikal saat menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri beberapa tahun silam.
“Radikalisme butuh sokongan banyak pihak. Penting bagi mahasiswa untuk menjaga komunikasi yang baik dengan orang tua atau keluarga, agar dapat terhindar dari paham radikalisme,” ungkap Arief.
Selain itu Ia menyarankan untuk membatasi akses media sosial yang berbau ujaran kebencian atau radikalisme.
“Kita musti sadar bahwa NKRI dan Pancasila adalah produk pendahulu dan telah bersifat final, artinya menjadi kesepakatan nasional yang diterima secara luas oleh rakyat Indonesia. Hal tersebut merupakan berkat rahmat Allah yang harus kita syukuri,” pungkasnya. [Irene]