Sapi Sumba Ongole, salah satu jenis sapi lokal Indonesia, tengah mendapatkan perhatian serius dalam upaya pelestarian dan peningkatan populasinya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, tim dosen dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (FAPET UB), yang terdiri dari Prof. Trinil Susilawati dan Dr. Aulia Puspita Anugra Yekti, serta dosen dari Fakultas MIPA UB, Prof. Sri Rayahu, menjalin kerjasama dengan Dinas Peternakan Sumba Timur untuk mengimplementasikan inseminasi buatan (IB) menggunakan semen cair pada Sapi Sumba Ongole.
Kegiatan ini diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) bersama Dinas Peternakan Sumba Timur, yang dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan Sumba Timur, Drh. Octavianus S.U.B. Roendi, beserta stafnya, empat orang inseminator, serta mahasiswa S3 FAPET UB, Alexander Kaka, yang nantinya akan terlibat dalam proses IB semen cair. Dalam sambutannya, Kepala Dinas Peternakan menyambut baik inisiatif ini dan mengungkapkan harapannya agar kerjasama tersebut dapat diperluas, tidak hanya pada sapi Sumba Ongole, tetapi juga untuk IB sexing pada kambing lokal.
Salah satu tantangan utama dalam pengembangan sapi Sumba Ongole adalah tingginya tingkat inbreeding yang disebabkan oleh keterbatasan pejantan. Menanggapi hal ini, tim UB mengunjungi breeding center di Matawai Maringu, Kecamatan Kahaungu Eti, Sumba Timur, untuk meninjau langsung kondisi sapi betina yang akan diinseminasi.
Menurut Prof. Trinil, program ini diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan kebuntingan pada sapi Sumba Ongole serta menjadi solusi bagi masalah keterbatasan nitrogen cair di daerah Sumba Timur.
“IB semen cair merupakan teknologi yang sangat aplikatif, terutama di daerah yang sulit mendapatkan nitrogen cair seperti di Sumba Timur,” katanya.
Semen cair akan diproduksi menggunakan pejantan Sumba Ongole dengan pengencer lokal yaitu buah lontar, serta teknologi nanopartikel yang dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Targetnya, IB akan dilakukan pada 200 ekor betina Sumba Ongole, dengan harapan teknologi ini mampu meningkatkan keberhasilan kebuntingan dan menjadi solusi untuk daerah-daerah yang mengalami kekurangan nitrogen cair.
Dengan adanya program ini, diharapkan populasi Sapi Sumba Ongole dapat terus dilestarikan dan dikembangkan, sejalan dengan upaya pelestarian sumber daya genetik ternak lokal Indonesia. (mt/Oky/Humas UB)