Mahasiswa FIB Raih Juara Umum Esai Bahasa Jepang

Daffa Dzaki Amrullah saat Menerima Penghargaan
Daffa Dzaki Amrullah saat Menerima Penghargaan

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB). Salah satu mahasiswanya, Daffa Dzaki Amrullah (Angkatan 2023) berhasil meraih penghargaan Juara Umum dalam ajang Lomba Menulis Esai Bahasa Jepang Universitas Hiroshima untuk Orang Indonesia (Edisi Pertama) yang mengusung tema “Masa Depan Hubungan Jepang–Indonesia.”

Kompetisi ini diselenggarakan oleh Universitas Hiroshima bekerja sama dengan Universitas Darma Persada, sebagai bagian dari peringatan 65 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang. Lomba ini sebelumnya sukses digelar di Vietnam dan kemudian untuk pertama kalinya diadakan di Indonesia, negara dengan jumlah pembelajar bahasa Jepang terbanyak kedua di dunia, yakni mencapai 700.000 orang.

Mengusung tema “Dunia yang Damai Berdampingan dengan Jepang”, esai yang ditulis mahasiswa FIB UB ini diberi judul “Toki dan Cendrawasih pun Bernyanyi Bersama: Dunia yang Damai Berdampingan dengan Jepang” (Jepang: 朱鷺とチェンドラワシも一緒に歌っています~日本と歩む平和な世界). Dalam esainya, Daffa menyampaikan bahwa perdamaian dunia bisa dimulai dari hal sederhana, seperti lagu.

Esai ini terinspirasi dari lagu idol Jepang NGT48 berjudul Sekai no Hito e, yang menyuarakan harapan perdamaian dunia lewat nyanyian bersama. Esai juga memuat refleksi penulis atas sebuah video viral di Instagram yang memperlihatkan orang Indonesia bernyanyi lagu Jepang dengan fasih dan penuh suka cita di sebuah acara kebudayaan Jepang. Respon hangat netizen Jepang atas video tersebut semakin menguatkan keyakinan bahwa musik adalah jembatan damai antarbangsa.

Untuk memperkaya pesan, Daffa mengibaratkan harmoni itu melalui simbol burung Toki dari Jepang dan burung Cendrawasih dari Indonesia, dua burung yang hidup terpisah namun tetap bisa menyemarakkan dunia dengan nyanyian indahnya dari tempat masing-masing.

Daffa Dzaki Amrullah bersama Pembina, Santi Andayani, M.A.
Daffa Dzaki Amrullah bersama Pembina, Santi Andayani, M.A.

Pendaftaran lomba dibuka sejak 20 Desember 2024 hingga 14 Februari 2025. Awalnya, Daffa sempat ragu untuk ikut karena sedang mempersiapkan lomba lain. Namun, berkat dorongan dari dosen (sensei) pembimbing, Santi Andayani, M.A., dia memutuskan untuk mencoba dan menjadikan proses menulis sebagai ajang latihan.

Setelah melalui tahap seleksi esai, dia dinyatakan lolos ke babak final dan mengikuti wawancara daring pada 28 Februari 2025. Meskipun sempat merasa takut dan tidak siap, latihan intensif bersama Santi Sensei dua hari sebelum wawancara memberikan rasa percaya diri hingga akhirnya berhasil melewati tahap akhir.

Penghargaan diserahkan pada acara seremoni yang digelar di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Minggu  (16/3/2025). Sebanyak 15 peserta terbaik dan 5 dosen pembina diundang secara langsung untuk hadir dan memberikan pidato kemenangan.

“Dalam kesempatan kali ini, diumumkan bahwa perwakilan dari FIB  meraih Juara Umum dari Rektor Universitas Darma Persada atau dalam bahasa Jepang disebut 「一等賞ダルマプルサダ大学長賞」. Ini menjadi prestasi istimewa mengingat lomba ini berskala nasional dan diikuti oleh mahasiswa pembelajar bahasa Jepang dari seluruh Indonesia,” kata Daffa.

Selain itu, Santi Andayani, M.A., juga mendapat penghargaan sebagai Pembina terbaik.

Dalam refleksinya, Daffa mengungkapkan bahwa pencapaian ini tak lepas dari dukungan penuh para dosen (sensei-gata), teman-teman, dan bahkan idola pribadi dari 48 Group Jepang yang menginspirasi selama proses menulis. Dia juga menyampaikan rasa syukur atas kesempatan ini yang membawa pengalaman berharga, bertemu dengan mahasiswa dan dosen Sastra Jepang dari berbagai perguruan tinggi, serta tokoh penting dari Jepang dan Indonesia.

Ia menutup dengan harapan bahwa dirinya dapat menjadi bagian dari jembatan penghubung hubungan Indonesia–Jepang di masa depan dan mengajak rekan-rekan Sastra Jepang lainnya untuk berani berkarya.

“Saya tidak menyangka bisa mendapatkan semua ini hanya dengan menulis. Saya ingin terus berjuang, dan semoga ke depan akan lebih banyak lagi teman-teman Program Studi Sastra Jepang yang mencoba dan ikut berkontribusi. Karena jujur, kemarin agak kesepian juga,” ujarnya dengan senyum. [dts/Humas FIB]