Budidaya udang adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dalam bidang akuakultur di seluruh dunia, yang menyediakan sumber nutrisi, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Sekitar 882 ribu metrik ton udang budidaya diproduksi di Indonesia pada tahun 2020. Meskipun Indonesia merupakan salah satu tempat budidaya udang terbesar di dunia, saat ini hanya setengah dari tambak yang diperkirakan memproduksi udang. Pada tahun 2024, pemerintah Indonesia berharap dapat meningkatkan ekspor udang sebesar 250%. Namun, peningkatan pesat ini perlu didukung dengan berbagai macam metode inovatif seperti manajemen pengelolaan tata lingkungan budidaya, membantu dalam pengelolaan penyakit, dan perlunya bahan baku pakan yang sustainable dan dapat meningkatkan ketahanan udang terhadap penyakit.
Mengingat bahwa pasokan bahan baku pakan konvensional seperti tepung ikan dan tepung kedelai masih didominasi oleh produk impor, maka tim peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yang diketuai oleh Muhammad Fakhri, Ph.D dan Nasrullah Bai Arifin, M.Sc bersama mahasiswa program S1 Budidaya Perairan (Anjani Oktaviani, M. Rifky Fauzan dan 7 mahasiswa lainnya) mengembangkan bahan baku alternatif pakan berbasis sumber daya terbarukan, seperti mikroalga. Monoraphidium braunii, salah satu spesies mikroalga hijau air tawar, yang diperoleh dari University of Goettingen, Germany, memiliki potensi besar sebagai bahan baku pakan udang berkat kandungan protein dan lipidnya yang tinggi. Akan tetapi, rendahnya biomassa pada sistem autotrofik menjadi hambatan bagi pengembangan mikroalga secara massal. Salah satu pendekatan terbaru yang menjanjikan yaitu penggunaan gliserol, sebuah produk sampingan dari proses produksi biodiesel, sebagai sumber karbon organik dalam media pertumbuhan mikroalga.
Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa suplementasi gliserol berhasil meningkatkan kandungan lipid hingga 1,3 kali lipat dan meningkatkan produktivitas lipid hingga 2 kali lipat dimana produktivitas lipid yang dihasilkan sebesar 46 mg/L/hari. Hasil ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa mikroalga seperti Scenedesmus sp., Dunaliella sp., Haematococcus pluvialis dan Chlorella pyrenoidosa.
Pemanfaatan gliserol untuk meningkatkan produksi lipid Monoraphidium braunii merupakan solusi inovatif yang dapat mendukung pengembangan pakan udang yang lebih efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tidak hanya itu, penggunaan gliserol dapat mengurangi jumlah limbah industri yang tidak terkelola dengan baik, sambil memberikan manfaat ekonomi dan ekologis. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Komoditas, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Ke depan, diperlukan riset lanjutan mengenai optimasi lipid dan asam lemak esensial dari beberapa spesies mikroalga sehingga mendukung pengembangan sustainable feed untuk budidaya udang yang produktif dan ramah lingkungan. (*/Humas UB)