Semangat untuk membuat desa wisata oleh pemerintah desa dan kalangan masyarakat merupakan bentuk partispasi warga dalam pembangunan sekaligus upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa setempat.
Semangat ini juga terlihat di Desa Ngroto yang terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Desa ini berlokasi di Jalan Malang-Kediri yang berada persis di tepi jalan raya. Desa ini bersebelahan dengan Desa Pujon Kidul yang telah memiliki Desa Wisata yang dikenal dengan Café Sawah.
Pembentukan Desa Wisata yang sebelumnya telah diinisiasi oleh pemerintah desa dan warga masyarakat setempat membutuhkan promosi melalui branding desa wisata. Merespon kebutuhan tersebut, Program Studi Ilmu Perintahan FISIP Universitas Brawijaya melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat melaksakan kegiatan Workshop Penyusunan Branding Desa Wisata Ngroto dengan pemateri Ratnaningsih Damayanti, Fathur Rahman, dan Restu Karlina Rahayu.
Kegiatan workshop penyusunan Branding Desa Wisata Ngroto ini dilaksanakan pada 8 Juni 2022 di balai desa Ngroto. Acara ini dihadiri oleh pemerintah Desa Ngroto yang diwakili oleh Kepala Desa Ngroto, Prayogi, SH, perwakilan BPD, dan perwakilan dari berbagai kelompok masyarakat yaitu BUMDes, Pengelola wisata PESAT Garden, kelompok seni, PKK, pemilik UMKM, karang taruna, kelompok tani, dan lain sebagainya.
Dosen Ilmu Pemerintahan, Ratnaningsih Damayanti menyampaikan branding desa wisata dibuat untuk memberikan identitas, membedakan desa wisata Ngroto dengan desa wisata yang lain.
“Selain itu melalui branding desa wisata juga dapat ditonjolkan keunggulan desa wisata Ngroto dengan yang lain,” ucapnya.
Penyusunan branding desa wisata dapat dimulai dari pemetaan potensi desa yang nantinya dijadikan sebagai objek wisata. Potensi desa ini adalah identitas desa wisata yang dapat membedakan antara desa satu dengan desa yang lain. Yang tidak kalah penting dari branding desa wisata adalah promosi desa wisata. Promosi dapat dilakukan mempergunakan media sosial yang jangkauannya luas.
Desa Ngroto memiliki pemandangan alam yang indah, sungai yang dapat dijadikan untuk rafting, ternak sapi yang menghasilkan susu, kebun sayur dan buah, pertunjukan seni budaya, dan lain sebagainya. Salah satu kendala pengembangan desa wisata Ngroto terletak pada integrasi objek wisata.
Widodo selaku ketua Pesona Sawah Tulang (PESAT) Garden mengeluhkan sebagian besar objek wisata adalah milik warga. Hanya sebagian kecil yang merupakan tanah kas desa. Dan bagaimana cara mengintegrasikan desa wisata dengan kepemilikan tanah yang berbeda-beda.
Mengenai hal tersebut, ia menyampaikan integrasi dan partisipasi warga dapat dilakukan dengan penyertaan saham masyarakat, pembagian peran antara pengelola wisata dengan pemilik objek wisata dan adanya kesepakatan pembagian hasil yang jelas.
“Memang harus disepakati antara pemilik objek wisata dengan pengelola dan pemerintah desa melalui musyawarah desa,” ungkapnya.
Beberapa tantangan pengembangan desa wisata Ngroto ke depan diantaranya adalah kolaborasi antar-industri pertanian/peternakan ataupun dengan industri pariwisata lainnya. Kedua, keragaman dan kualitas objek wisata. Ketiga, ketersediaan infratruktur. Keempat, aksesibilitas menuju desa wisata. Kelima, kondisi amenitas/sektor pendukung seperti tempat ibadah, rumah makan, industry kerajinan, toilet umum, dan lain sebagainya.