Finalis SAA 2024, Rektor UB Berkomitmen Percepat Capaian SDGs

Rektor UB saat presentasi di hadapan dewan juri SAA 2024 (Dok Seknas SDGs Bappenas)
Rektor UB saat presentasi di hadapan dewan juri SAA 2024 (Dok Seknas SDGs Bappenas)

Universitas Brawijaya memiliki komitmen yang tinggi untuk mempercepat tercapainya target SDGs di Indonesia, baik melalui kebijakan internal pendidikan di kampus maupun eksternal terkait penelitian dan best practices melalui pengabdian pada masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan oleh Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc saat melakukan presentasi berjudul Sukolilo Edu Green Job pada acara final Indonesia’s SDGs Action Awards (SAA) 2024 yang diselenggarakan oleh Seknas SDGs Kementerian PPN/Bappenas RI.

“Ke depan, kita akan terus berkomitmen untuk memperkuat dan mengembangkan SDGs,” tegas Prof Widodo di hadapan dewan juri, di Hotel Double Tree-Hilton, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Senin (26/8).

SDGs UB mendapat undangan dari Kementerian PPN/Bappenas RI untuk melakukan presentasi sebagai finalis SAA 2024. Materi yang dipresentasikan berkaitan dengan komitmen UB terhadap kebijakan-kebijakan yang mendukung SDGs, dan best practices berupa implementasi dari komitmen berupa pengabdian pada masyarakat. Selain UB, hadir juga finalis dari IPB, ITS, dan Universitas Telkom.

Saat presentasi, Rektor UB Prof Widodo didampingi Ketua SDGs Center UB, Dr. Moh. Muzakki, M.Si, beserta anggota Dano Purba, S.Sos, M.Si. Pada SAA kali ini, UB mengajukan satu best practice yaitu Sukolilo Edu Green Job. Pemilihan Desa Sukolilo sebagai desa SDGs UB, karena berada di kawasan strategis nasional, akses lingkar Timur menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Desa ini dinilai berhasil mengembangkan pendidikan, pekerjaan hijau, dan industri ramah lingkungan. 

Banyak dampak positif yang dirasakan masyarakat setelah program ini dijalankan. Antara lain, teredukasinya para petani, meningkatnya budaya kerja, serta meluasnya akses pemasaran melalui berbagai jenis konvergensi media sosial. Pendeknya, masyarakat Sukolilo semakin kreatif dan inovatif. Mereka cukup bekerja di desanya, bahkan di rumah masing-masing. Pekerjaan yang mereka ciptakan sendiri juga bersifat padat karya, serta ramah terhadap lingkungan. Banyak warga yang sebelumnya menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di luar pulau dan luar negeri, sudah dua tahun ini pulang kampung untuk membangun desanya, sampai bermunculan para petani milenial. Semua ini menjadi indikator positif adanya eskalasi edu green job.

Menurut Muzakki, praktik baik tentang Edu Green Job di Desa Sukolilo sangat sesuai dengan tema SAA 2024, yaitu Inovasi menuju Indonesia Emas: Keterkaitan Pendidikan Berkualitas, Pekerjaan, dan Industri Hijau dalam Indonesia’s SDGs Action Awards (SAA) 2024. “Tema ini memperkuat tujuan SDGs ke-4,8, dan 9. Dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045, kita perlu mencetak desa-desa emas. Salah satunya adalah Desa Sukolilo,” katanya.

Dalam praktiknya, Sukolilo Edu Green Job melibatkan keahlian dosen dan keterampilan mahasiswa, serta asisten praktikum melalui mata kuliah praktikum seperti MRT, Desain Inovasi Sosial, dan Pemberdayaan Masyarakat di program sarjana, lalu mata kuliah Community Development di program magister, serta mata kuliah Masyarakat dan Inovasi Sosial di program doktor Departemen Sosiologi UB. Program ini juga menghasilkan sejumlah skema penelitian, dan pengabdian masyarakat melalui sejumlah karya, antara lain doktor mengabdi, dan praktik KKN mahasiswa bakti desa.

Melalui kerjasama antara SDGs UB dengan pemerintah dan masyarakat Desa Sukolilo, pemasaran rumput taman terus mengalami perkembangan signifikan. Selain melayani penghijauan rumput taman di istana kepresidenan IKN di Kalimantan Timur, para petani Sukolilo juga menangani penghijauan di kawasan Bandara Dhoho Kediri, Jawa Timur. 

Saat ini mereka juga menangani penghijauan rumput taman di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sebelumnya, para petani Desa Sukolilo mengerjakan penghijauan rumput taman di kawasan sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, mereka juga melayani penghijauan rumput taman di Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Rumput taman di lapangan depan Gedung Rektorat UB juga dari Desa Sukolilo.

Selain penghasil rumput taman yang sudah ekspor tembus Malaysia, Desa Sukolilo juga dikenal sebagai penghasil gula merah, samiler, gerit, dan krupuk rambakan ekspor ke Taiwan, Hongkong, serta Malaysia. Berbagai potensi Desa Sukolilo berkembang pesat melalui industri yang ramah terhadap lingkungan, baik berupa pabrik maupun industri rumahan seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM). Berbagai produk UMKM desa ini, kemudian dipasarkan secara terpadu melalui galeri Wisata Gentong Mas (WGM), serta berbagai jenis konvergensi media sosial secara masif. (tim)