Wasting dan stunting terus menjadi tantangan utama Indonesia dalam mencetak generasi unggul menuju visi Indonesia Emas 2045. Untuk menangani isu ini, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya (Fikes UB) bekerja sama dengan Unicef menyelenggarakan Lokakarya Penanganan Wasting dan Penandatanganan Komitmen Bersama Menuju Generasi Malang Raya Bebas Wasting pada Sabtu (14/12/2024) di Hotel Grand Mercure, Malang.
Lokakarya ini melibatkan pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan akademisi, termasuk perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas. Inti Wikanestri, Koordinator Perbaikan Gizi Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, menekankan pentingnya mempertimbangkan kearifan lokal dalam menekan angka wasting dan stunting.
“Pemerintah daerah perlu menyesuaikan kebijakan nasional dengan konteks lokal, misalnya dalam pemenuhan nutrisi ibu hamil sesuai sumber daya yang tersedia di wilayah masing-masing,” ujarnya.
Dekan Fikes UB, Prof. Dian Handayani, menegaskan bahwa institusinya berkomitmen aktif dalam penanganan wasting dan stunting melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Kami telah mengintegrasikan isu ini ke dalam kurikulum untuk mencetak tenaga kesehatan yang kompeten,” katanya.
Dalam mendukung deteksi dini masalah gizi, Fikes juga bekerja sama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi). Ketua Center of Excellence UB, Dr. Nia Novita Wirawan, menjelaskan bahwa pelatihan diberikan kepada guru-guru PAUD untuk mengukur status gizi anak serta memantau kartu pertumbuhan. “Jika ditemukan tanda-tanda stunting atau wasting, penanganan dini dapat segera dilakukan,” tambahnya.
Kolaborasi ini bertujuan menciptakan Malang Raya bebas wasting dan stunting sebagai model bagi daerah lain. Dengan pendekatan lintas sektor dan pelibatan berbagai pihak, diharapkan upaya ini dapat membangun SDM unggul yang sehat dan cerdas.
“Demi Indonesia Emas 2045, kita perlu memastikan setiap anak mendapatkan gizi yang optimal sejak dini,” kata Prof. Dian. (*/Humas UB).