Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) menerima kunjungan dari Institut Françaisd’Indonesie (IFI) Surabaya. Mereka adalah Direktur IFI Benoit Bavouset, didampingi staffnya Astrini dan Eri. Kunjungan ini memiliki beberapa agenda antaralain perkenalan, sosialisasi studi lanjut ke Prancis, dan dialog dengan mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Prancis FIB UB.
Rombongan dari IFI bertemu dengan Dekan FIB UB Prof. Dr. Agus Suman, SE., DEA.,Wakil Dekan Bidang Akademik FIB UB, Hamamah, M.Pd., Ph.D., dan Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Sahiruddin, M.A, Ph.D. Pertemuan ini dilaksanakan di Ruang Dekan Lantai 6 Gedung FIB UB. Dalam pertemuan ini dibahas berbagai hal, diantaranya perkenalan IFI, kegiatan-kegiatan IFI, serta pendidikan di Prancis. “Saya merasa sangat senang datang ke FIB UB dan ingin bertemu dengan mahasiswa yang belajar bahasa Prancis,” ungkap Benoit Bavouset. Direktur IFI ini juga menyampaikan adanya acara budaya Prancis di Kampung Biru (Kampung Arema) Malang dimana IFI menjadi bagian dalam acara tersebut. Salah satu tujuannya supaya mahasiswa bisa berinteraksi secara langsung dengan seniman asal Prancis dan mengetahui seni kontemporer Prancis itu seperti apa.
Benoit Bavouset menyampaikan bahwa memungkinkan jika belajar di Prancis tidak hanya di kota Paris, tetapi juga di kota lainya. Kota-kota selain Paris juga memiliki tingkat/level pendidikan yang tinggi dengan biaya hidup yang lebih rendah. Ketika kuliah di Paris, biaya hidup sangat tinggi, jika kita belajar di tempat lain bisa 30% lebih murah. Memang Paris menyediakan para pengajar terbaik, banyak kantor utama, dan museum-museum penting dengan karya seniman, seperti Leonardo Da Vinci yang dapat dilihat secara langsung.
Pada kunjungan tersebut, Benoit Bavouset menjelaskan kepada para mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Prancis FIB UB terkait studi ke Prancis, sedangkan Eri menjelaskan secara umum tentang Bahasa Prancis dan ujian internasional DELF. Jadi memang butuh persiapan panjang sebelum melakukan ujian DELF.
“Jika kita datang ke Prancis, kita bisa lebih percaya diri jika menguasai bahasanya. Banyak siswa yang datang untuk kursus bahasa Prancis di IFI Surabaya dengan motivasi yang sangat besar,” kata Benoit Bavouset.
“Setelah kuliah di Prancis, banyak yang saya pelajari misalnya pendekatan-pendekatan, pemikiran Prancis dan Ekonomi Pembangunan berbeda dengan di Indonesia yang lebih berorientasi pada Amerika. Prancis punya pendekatan sendiri yang berbeda (tidak terlalu quantitatif) jika saya lihat,” jawab Prof. Dr. Agus Suman, SE., DEA. saat ditanya oleh Direktur IFI apakah ada perubahan setelah studi di Prancis.
“Semoga hubungan Indonesia dengan Prancis menjadi semakin baik,” harapan Dekan FIB UB tersebut terhadap kunjungan ini.
Setelah pertemuan ini, agenda dilanjutkan dengan sosialisasi studi lanjut ke Prancis untuk mahasiswa, dan dialog dengan mahasiswa Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Prancis FIB UB yang dilaksanakan pada jam 11.00 di Gedung Rektorat Lama (GRL) Ruang 4.5. (DT/MSH/PSIK FIB/Humas UB)