Program Studi (PS) Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) bekerja sama dengan AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network) telah melaksanakan seminar daring dengan tema ‘Program MBKM yang Inklusif bagi Mahasiswa dengan Disabilitas’. Kegiatan yang merupakan rangkaian dari Program Bantuan Kerja sama Kurikulum dan implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dari Kemendikbudristek ini dilaksanakan pada Rabu (10/11/2021) secara daring melalui platform Zoom Meeting selama empat jam dimulai sejak pukul 08.00-12.00 WIB.
Seminar daring ini menghadirkan beberapa pemateri, antara lain Amithya Ratnanggani, S.S. (Anggota Komisi D DPRD Kota Malang), Hamamah, Ph.D. (Wakil Dekan Bidang Akademik FIB UB), Dimas Prasetyo Muharam, S.Hum. (CEO Kartunet), Dr. Dina Afrianty (Research fellow La Trobe Law School dan Founder and President AIDRAN), Dr. Sony Sukmawan, M.Pd. (Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa FIB UB), Dr. Ive Emaliana, M.Pd. (Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FIB UB), dan Adhi Setiawan (Alumni FILKOM UB).
Kemendikbudristek memperkenalkan Program MBKM yang diluncurkan pada tahun 2020 bertujuan memberikan akses kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran yang lebih luas, yaitu di luar kampus. Hal ini dilakukan dengan memperkenalkan sistem ‘hak belajar tiga semester di luar program studi.’ Melalui proses belajar di luar program studi, diharapkan mahasiswa akan mendapatkan pengalaman belajar empiris sekaligus menggali keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Melalui Program MBKM, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menempuh pembelajaran di luar program studi pada Perguruan Tinggi yang sama selama satu semester atau setara dengan 20 SKS. Mahasiswa juga dapat menempuh paling lama dua semester atau setara dengan 40 SKS pembelajaran pada program studi yang sama di Perguruan Tinggi yang berbeda, pembelajaran pada program studi yang berbeda di Perguruan Tinggi yang berbeda, dan/ atau pembelajaran di luar Perguruan Tinggi.
Kemendikbudristek juga melakukan Festival Kampus Merdeka yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan banyak kesempatan belajar di luar kampus. Akan tetapi, melalui pengamatan sejauh ini, program-program perwujudan MBKM masih belum dengan jelas memastikan partisipasi mahasiswa dengan disabilitas untuk memiliki keterlibatan yang sama dengan mahasiswa yang tidak memiliki disabilitas.
Hal ini salah satunya akibat belum cukupnya sosialisasi dan penyebaran informasi terkait program tersebut. Mahasiswa disabilitas yang selama ini memiliki akses terbatas akan informasi masih mencari-cari informasi bagaimana mereka juga dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari program tersebut. Kalaupun sudah ada mahasiswa disabilitas yang mengetahui program tersebut masih ada kendala-kendala untuk mengikuti program, seperti bagaimana proses pendampingan dapat diberikan kepada mahasiswa disabilitas selama mengikuti program, aksesibilitas yang disediakan oleh universitas lain, atau program studi lain sehingga kepastian pemenuhan akomodasi yang layak tetap terpenuhi, dukungan pendamping, aksesibilitas dan lain sebagainya.
“Berangkat dari observasi awal tersebut, kami merancang pelaksanaan Webinar untuk mendiskusikan bersama perihal implementasi MBKM, untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diketahui kalangan lebih luas. Secara khusus dalam webinar didiskusikan perihal aksesibilitas dan kepastian pemenuhan hak mahasiswa dengan disabilitas untuk dapat berpartisipasi secara aktif, setara dengan siswa dengan disabilitas,” ungkap panitia penyelenggara.
Dalam forum ini diharapkan antara pemangku kepentingan, kalangan universitas, dan mahasiswa akan dapat memahami tentang Program MBKM dan peran masing-masing, sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Pada seminar daring ini dibahas perihal pemberian akses untuk mendukung partisipasi dan keterlibatan mahasiswa dengan disabilitas dalam Program MBKM mulai dari proses sosialisasi, pendaftaran, pelaksanaan, hingga evaluasi. Diharapkan dengan adanya seminar daring ini, Program MBKM menjadi lebih inklusif dan aksesibel bagi seluruh peserta didik di Indonesia termasuk mahasiswa dengan disabilitas.
Wakil Dekan Bidang Akademik FIB UB, Hamamah, Ph.D., dalam kesempatan ini, menyampaikan materi mengenai Implementasi MBKM di FIB: Menuju Pendidikan Inklusif.
“FIB UB telah mengimplementasikan pendidikan inklusi melalui kegiatan yang rutin diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UB. Kegiatan tersebut adalah DIKSI atau Diskusi Inklusi. Jadi dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa dapat membawa perubahan baik bagi teman-teman penyandang disabilitas,” jelasnya.
Dr. Ive Emaliana, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FIB UB menjelaskan mengenai Hak-hak yang dapat dipenuhi Peserta Didik Penyandang Disabilitas dalam Belajar Secara Maksimal.
“Harapan saya, MBKM sebagai salah satu program yang meningkatkan kemampuan lulusan yang unggul, berkepribadian dan sesuai tuntutan zaman harus mewadahi hak setiap mahasiswa untuk berpartisipasi, sehingga mari setiap program studi menyajikan pembelajaran yang inklusif dan memberikan kesempatan mahasiswa dengan disabilitas untuk berpartisipasi”, ungkap Ive.
Penyelenggaraan acara seminar daring ini dilakukan secara inklusif, yaitu dengan adanya juru bahasa isyarat, dan close captions. Pada setiap sesi ada tiga penanya, yang mana mendapat hadiah buku ‘Bunga Rampai Merdeka Belajar Kampus Merdeka’. Ada total enam penanya dari dua sesi dan mereka akan dikirimi buku tersebut bebas ongkos kirim. [DTS/Humas UB]