Sekolah Keragaman merupakan program unggulan kegiatan Kelompok Kajian (KK) Wargakarta Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB). KK Wargakarta adalah sebuah study group berisikan dosen-dosen di FIB yang berkonsentrasi pada pengolahan isu-isu multikulturalisme dan kewargaan dalam menjalankan aktivitasnya.
Ketua Program Sekolah Keragaman (SK), Dr. Sigit Prawoto, mengatakan bahwa kegiatan ini membawa misi untuk membangun kehidupan masyarakat inklusif dengan merangkul berbagai kalangan pemangku kepentingan di wilayah Malang Raya. Sekolah Keragaman telah berlangsung sejak masa pandemi Covid-19 hingga tahun 2024 dengan melibatkan kelompok mitra-sasaran program yang berbeda-beda, SK1 bersama Mahasiswa, SK2 dengan masyarakat Desa dan SK3 dengan masyarakat Sekolah Menengah Umum. Selain itu, Program Sekolah Keragaman juga membangun jejaring lintas instansi dalam konteks
Dr. Hipolitus K. Kewuel, M.Hum., selaku ketua KK Wargakarta mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan ini adalah bentuk tanggung jawab akademik dan sosial serta perwujudan olah pikir dan perenungan dari setiap dosen yang tergabung dalam KK Wargakarta ini.
Sebagai kegiatan yang telah berlangsung empat tahun, KK Wargakarta berkeinginan menggelar sebuah aktivitas publik yang diberi nama “Sarasehan Refleksi Empat Tahun Program Sekolah Keragaman: Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Komunitas Inklusif.” Acara ini digelar di Aula lantai 2 Gedung A FIB UB pada Jumat (9/8/2024). Acara ini diselenggarakan dalam bentuk showcase atau diseminasi berjalannya Program Sekolah Keragaman dari tahun 2020 hingga 2024 beserta capaian-capaiannya dalam mengkampanyekan kehidupan multikultural dan inklusif di lingkungan masyarakat Malang Raya.
Dalam kegiatan ini, terdapat beberapa mata acara pokok yaitu pemutaran film dokumenter “Sekolah Keragaman 1, 2, dan 3”, presentasi interaktif (performative lecture) dari Tim Wargakarta, serta diskusi dan dialog tentang keberlanjutan semangat Sekolah Keragaman dengan elemen masyarakat terkait.
Peserta yang diundang dalam kegiatan ini adalah elemen masyarakat dan akademisi yang telah terlibat dan yang diharapkan dapat melanjutkan praktik baik yang telah diupayakan dalam Sekolah Keragaman. Mereka adalah Harmoni USAID, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), perwakilan 22 kampus di Kota Malang, 14 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kota Malang, perwakilan sepuluh SMA Negeri di Kota Malang, pusat-pusat studi dan KK di UB, LPPM UB, Perwakilan Eksekutif Mahasiswa (EM) Kampus di Kota Malang, Dinas Pendidikan Kota dan Kabupaten Malang, Ketua Karang Taruna Desa, serta media masa, dengan total tamu undangan sebanyak 200 orang.
“Kami berharap Program Sekolah Keragaman dapat membangun potensi jaringan untuk memperluas kerja sama dalam bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis multikulturalisme, inklusivisme, dan kesetaraan, serta terwujudnya praktik baik dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat,” kata Dr. Hipo.
Sekolah Keragaman adalah program yang diluncurkan oleh KK Wargakarta sejak 2020 sebagai wadah pemberdayaan masyarakat (community development) dalam bentuk pengolahan keragaman dan multikulturalitas di berbagai lingkup kelompok masyarakat.
Dr. Sigit menceritakan bahwa pada tahun pertama (2020/2021), KK Wargakarta mengimplementasikan penguatan nilai-nilai multikulturalisme pada matakuliah Pancasila di lingkungan UB dengan melibatkan dosen pengampu dan mahasiswa. SK1 menyasar lingkungan kehidupan kampus dengan tajuk “Penguatan Kehidupan Inklusif melalui Praktik Pendidikan Pancasila” kepada ratusan mahasiswa.
Pada tahun kedua (2022/2023), mereka melakukan kegiatan promosi praktik baik yang dilaksanakan di lima desa di Malang Raya dengan melibatkan tokoh masyarakat sebagai mitra kerja. SK2 menyasar pada lingkup kehidupan di masyarakat langsung, yakni Desa Mojorejo, Desa Mangliawan, Desa Madiredo, Desa Jambuwer, dan Desa Selorejo di Malang Raya. Pada periode ini tajuk program adalah “Penguatan Nilai Toleransi Warga untuk Mempromosikan Identitas Desa Berdaya yang Inklusif di Malang Raya”.
Pada SK3 (2023/2024), KK Wargakarta menjalin kerja sama dengan tiga sekolah percontohan, yakni SMA 1 Batu, SMA 4 Malang, dan SMA 1 Kepanjen dengan menempatkan para guru dan siswa sebagai pelaku utama dalam kegiatan pendidikan inklusi. Tajuk program ini adalah “Penguatan Kesadaran Tentang Nilai-nilai Multikultural di Sekolah untuk Menciptakan Lingkungan Pendidikan yang Inklusif.” Landasan berpikir dari program ini adalah lingkungan kehidupan pendidikan di sekolah dan anak muda (siswa-siswi) memegang peran penting dalam membentuk masyarakat yang peka terhadap nilai-nilai keragaman, kesetaraan, dan toleransi.
“Dari program-program tersebut, kami telah berhasil meletakkan model kehidupan multikultural di beberapa kelompok sasaran, dengan luaran berupa modul, buku, panduan, video dokumenter, seminar, media pembelajaran, dan artikel ilmiah yang dapat dilihat di website kami (https://sekolahkeragaman.id. red),” jelas Dr. Sigit.
“Kami, FIB UB, mengucapkan banyak terima kasih, terutama kepada USAID dan tim yang telah mendukung kegiatan dari KK Wargakarta, bahkan ini sampai yang keempat kali. Tentu saja upaya untuk membangun masyarakat yang berkebhinekaan, multikulturalisme, berkeadilan, bisa menjadi fokus yang sangat penting bagi fakultas kami,” ucapnya.
“Wargakarta ini merupakan salah satu kelompok kajian yang ada di FIB UB, yang fokusnya memang dengan background ilmu antropologi dan seni yang memang sangat cocok dengan kegiatan ini. Kami juga ada beberapa kelompok kajian yang berfokus pada digital humanities atau humaniora digital, yang juga fokusnya tidak hanya melakukan dokumentasi tapi juga melakukan studi kritis kebudayaan, salah satunya adalah membangun bagaimana kita lebih berkeadaban dan berkeadilan. Kemudian juga ada pusat studi pemberdayaan perempuan. Kita juga sudah mencoba kerja sama dengan KBRI di Beijing untuk membangun Rumah Budaya Indonesia di Tiongkok sebagai upaya rintisan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia sehingga hubungan kita dengan Tiongkok lebih setara dan berkeadilan. Itu upaya yang kita lakukan. Mudah-mudahan itu juga menjadi program yang sukses seperti kegiatan yang kita laksanakan hari ini,” sambungnya.
Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc. turut hadir secara daring. Pada kesempatan ini, Prof. Widodo menyampaikan terima kasih kepada USAID, khususnya kepada Tim Harmoni USAID atas dukungan yang sangat berharga terhadap kegiatan Tri Dharma di UB. Dan dukungan yang diberikan bukan hanya memperkuat kapasitas institusi (UB, red), tetapi juga membuka jalan bagi kerja sama yang lebih luas dan berkelanjutan dalam mendukung pengembangan masyarakat dan pendidikan Indonesia.
“Kerja sama ini sangat berarti bagi kami, dan kami berharap dapat terus berjalan dan berkembang, serta membawa manfaat yang lebih besar ke depannya. Dengan semangat yang sama, kami juga berkomitmen untuk melanjutkan dan memperluas inisiatif ini agar dapat memberikan dampak yang lebih luas dan positif bagi masyarakat. Hari ini, kita berkumpul untuk merayakan peluncuran sekolah keragaman, sebuah inisiatif yang dirancang untuk mendukung dan mewujudkan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Dan sekolah keragaman ini tentu memberikan dampak yang luar biasa kepada SDGs,” jelasnya.
Dia menambahkan, pada kategori SDGs nomor empat, yaitu pendidikan yang berkualitas ada sebuah komitmen, bagaimana UB menyiapkan pendidikan yang inklusif dan berkualitas tinggi bagi masyarakat dan tentu bagi peserta didik . Dengan mengedepankan metode pembelajaran yang inovatif dan berbasis pada kebutuhan lokal, sehingga harapannya dapat berpartisipasi dengan menyiapkan generasi mendatang untuk mampu menghadapi tantangan global yang lebih berat lagi.
“Yang kedua adalah menyasar SDGs nomor lima, yaitu kesetaraan gender. Dalam semua program dan aktivitas yang kami jalankan, kami menegaskan pentingnya kesetaraan gender. Sekolah Keragaman telah berupaya untuk menghapus ketidakadilan gender dan memastikan bahwa semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat. Demikian juga, kita di Universitas Brawijaya, juga melakukan hal yang sama,” lanjutnya.
Sementara pada SDGs nomor sebelas, yaitu tentang kota dan komunitas yang berkelanjutan, melalui berbagai program yang mendukung keberlanjutan lingkungan, pembangunan kota yang inklusif, diharapkan dapat menciptakan tempat tinggal yang lebih nayaman, lebih baik bagi generasi yang akan datang.
“Yang keempat adalah SDGs nomor 16, yaitu tentang perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat. Kita juga berkomitmen untuk mendukung terciptanya perdamaian dan keadilan di masyarakat. Program-program yang telah ada difokuskan pada penguatan institusi yang lebih transparan, lebih akuntabel, serta mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan keadilan social,” ungkapnya.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan Dr. Setiawan Noerdajasakti, SH., MH., turut menyampaikan dukungannya terhadap keberlanjutan kegiatan SK ini.
“Masyarakat kita ini adalah masyarakat yang heterogen atau beragam. Jangan sampai keberagaman itu membuat kita terpecah belah, tapi anggap keberagaman itu suatu anugrah dan keindahan,” ucap Dr. Setiawan. [dts/Humas FIB/Humas UB].