
Program pengabdian masyarakat dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) yang diketuai oleh Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, tidak sekedar berhenti pada program dan aktivitas terjadwal. Tim ini terus menyatu dalam aktivitas warga. Selain ada beberapa program lanjutan yang dirancang bersama dengan Aparat Desa, Tim Dosen FIB pun terus mendukung kegiatan budaya ‘Puji Tirtha Suci’ yang telah menjadi aktivitas budaya rutin bagi warga Desa Mangliawan.
Menurut pemrakarsa kegiatan ini, Wibie Mahardhika Suryometaram, ‘Puji Tirtha Suci’ adalah aktivitas budaya, ruang bagi setiap insan yang menginginkan kejernihan pikiran dan kebeningan hati. Ditegaskannya, aktivitas doa bersama ini mengambil tema ‘air’ sekaligus merenungkan sifat-sifat ‘air’ sebagai sarana refleksi kehidupan.
“Lebih menarik lagi, acara ini sudah, sedang, dan akan selalu dilangsungkan di pendopo Wisata Air Wendit, Desa Mangliawan, di antara hamparan sumber mata air yang menakjubkan. Di tengah hiruk pikuk kehidupan, acara ini menjadi semacam oase bagi siapa saja yang merindukan kejernihan pikiran dan kebeningan hati,” tandasnya.
‘Puji Tirtha Suci’ yang dilaksanakan pada Sabtu Kliwon, (31/10/2020) mengambil tema: ‘Kebinekaan Suci Menyongsong Kebangkitan Negeri’. Tema ini sengaja diangkat untuk merenungkan keterkaitan peringatan MULUD NABI SAW dengan momen peringatan SUMPAH PEMUDA.
Hadir sebagai pemateri, Setiawan Budiarto dari komunitas Manembah, Yogyakarta yang menyuguhkan Wedaran Buka Nurani Manembah dan Kesatuan Agung Kosmik. Hadir juga Setyo Hajar Dewantara dari komunitas spiritual dan meditasi, Banjarnegara yang menyuguhkan materi dan praktek Meditasi Kebangkitan Nusantara.
Acara dimeriahkan oleh Macapatan, Tawasulan, Sholawat Jawi, dan Pemberkatan Tirtha Wiwaha. Dihadiri oleh komunitas-komunitas; Mata Air Peradaban, Majelis Bangsa Manembah, Mahadaya Suwung, Paguyuban Sastro Budi Budoyo, Masyarakat Tengger Bromo, dan Paguyuban Spiritual Indonesia Raya.
“Keterlibatan dan dukungan yang kami berikan pada kegiatan ini semata-mata sebagai bagian dari proses pembelajaran budaya. Secara teori, kami tahu bahwa gejolak budaya itu terus tumbuh dinamis di dalam masyarakat. Maka, perjumpaan dengan komunitas-komunitas budaya semacam ini menjadi bagian dari proses legitimasi atas pengetahuan budaya yang kami pelajari. Ini sebuah proses belajar yang menarik dan bisa menjadi sumber studi budaya bagi dosen dan mahasiswa,” jelas Dr. Hipolitus. [DTS/Humas UB]