Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) menggelar kuliah tamu bersama Bank Indonesia dengan tema “Road to East Java Economic (EJAVEC) Forum 2025: Meningkatkan Produktivitas, Inovasi, dan Kapasitas Ekonomi Jawa Timur di Tengah Berbagai Tantangan Global.” Bertempat di Aula Gedung Utama Lantai 3 FEB UB, kegiatan ini menjadi forum strategis untuk membahas arah kebijakan serta upaya penguatan kapasitas ekonomi Jawa Timur di tengah dinamika dan ketidakpastian ekonomi global.
Acara dibuka oleh Dr. rer. pol. Wildan Syafitri, S.E., M.E., selaku Ketua ISEI Cabang Malang, yang menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi serta harapan agar diskusi ini memberikan manfaat nyata bagi dunia akademik dan kebijakan publik.
Dekan FEB , Dr. Abdul Ghofar, S.E., M.Si., DBA., Ak., dalam sambutannya menekankan pentingnya keterbukaan dalam menghadapi tantangan global. Dia menyoroti bagaimana berbagai krisis global seperti pandemi COVID-19, konflik geopolitik, hingga perang dagang berdampak pada stabilitas ekonomi, namun juga membuka peluang untuk pertumbuhan melalui globalisasi dan kerja sama lintas sektor.
Selanjutnya, Ridzky Prihadi Tjahyanto, Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, mengungkapkan bahwa ketidakpastian global masih tinggi, terutama akibat ketegangan geopolitik dan perang tarif. Ia mendorong kontribusi aktif akademisi dan praktisi dalam merancang ide-ide inovatif demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, yang saat ini merupakan provinsi dengan perekonomian terbesar kedua di Indonesia.
Sesi pemaparan materi diawali oleh M. Barik Bathaluddin, Ekonom Ahli KPw BI Provinsi Jawa Timur, yang memaparkan tren perekonomian global dan nasional, serta strategi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang berkelanjutan.
Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dwi Budi Santoso, S.E., M.S., Ph.D., Guru Besar FEB , yang membahas pendekatan dalam perencanaan pembangunan pariwisata serta teori pertumbuhan ekonomi Solow. Dalam pemaparannya, Prof. Dwi menjelaskan bahwa teori Solow menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang bersifat siklik, di mana pusat pertumbuhan terpusat pada konsep klub konvergensi—yakni wilayah dengan perekonomian yang tertinggal akan mengejar ketertinggalannya dari wilayah yang lebih maju, sementara wilayah yang sudah makmur akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Selain itu, beliau juga memaparkan metode pemetaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sebagai upaya untuk mendorong pemerataan pembangunan antar wilayah.
Pemaparan terakhir dibawakan oleh Dwi Handoko, mahasiswa FEB UB dan juara II GPU EJAVEC 2024, yang mempresentasikan hasil riset berjudul “Spatial Analysis of Tourism Economic Networks in East Java: A Modified Gravity Model Approach with Big Data Integration.” Bersama timnya dari PT Sagamartha Ultima, Handoko menunjukkan bagaimana integrasi data besar dapat digunakan dalam analisis jaringan ekonomi pariwisata di Jawa Timur.
Kuliah tamu ini menjadi wadah kolaboratif antara akademisi dan otoritas moneter untuk merumuskan strategi pembangunan daerah yang inovatif, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan global [sha, 2025/Humas UB].