Kegiatan FISIP-FIB Berbakti Desa Universitas Brawijaya (FBD UB) terus dilakukan. Salah satunya oleh kelompok 54 di Desa Tulungrejo, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang.
Ada beberapa program kerja yang dilakukan seperti Sosialisasi Kebersihan dan Kesehatan. Kemudian penyebaran tempat sampah di Desa Tulungrejo, Gerakan Mencuci Tangan di SD Negeri 2 Tulungrejo, lomba kelas bersih serta menghias tempat sampah organik dan anorganik dan terakhir melakukan kegiatan bersama dengan murid-murid berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Qolbu.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan bina diri siswa siswi SLB dengan tujuan melatih kemandirian siswa siswi SLB Pelita Qolbu. Beberapa yang dilakukan seperti melipat baju menggunakan kardus bekas.
“Selain dapat mengembangkan bina diri kegiatan ini juga dapat melatih keterampilan siswa siswi SLB Pelita Qolbu. Dengan adanya SLB Pelita Qolbu ini, dapat memberikan peluang bagi kami untuk turut andil membantu dalam pengembangan bina diri siswa dan siswi SLB. Salah satu materi yang mudah diikuti yaitu cara melipat baju menggunakan kardus bekas,” Argyanto selaku Koordinator Desa FBD UB kelompok 54.
Tentang SLB Pelita Qolbu
Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Qolbu didirikan oleh salah seorang warga di Desa Tulungrejo bernama Ibu Siti Lianah beserta suami pada 10 Januari 2015. Awalnya, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kediaman milik ketua Yayasan Pelita Qolbu Faizami, Ilyas Ngamiludin.
Berdirinya Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Qolbu dilatar belakangi oleh pengalaman pribadi yang dirasakan oleh Siti Lianah. Berdirinya SLB juga meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang sekolah yang diperuntukan bagi anak yang memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun mental.
“Sekolah ini bisa berdiri karena kebetulan saya sendiri punya anak yang berkebutuhan khusus juga ya, jadi memang dari situ awalnya saya mendirikan SLB ini,” ujarnya.
Lokasi kegiatan belajar-mengajar SLB Pelita Qolbu pada tahun 2015 dilakukan di rumah milik ketua yayasan. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan di tiap kamar dengan jenjang yang berbeda mulai TK hingga SMA. Selama beberapa tahun, Siti beserta suami terus melakukan usaha untuk bisa tetap menjalankan Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Qolbu dengan mencari donatur dari Pemerintah Desa. Hingga di tahun 2019 Siti dapat membeli tanah dengan mengatasnamakan yayasan dan terus beroperasi hingga hari ini.
“Alhamdulillah di tahun 2019 bisa kebeli tanah kosong dekat rumah, untuk bisa dilaporkan ke pemerintah juga kan kami tidak bisa mendirikan bangunan sekolah atas nama pribadi. Jadi pas beli tanah ini, kami namakan atas nama yayasan. Sekarang sudah dapat dukungan dari pemerintah dan sudah mendapatkan dana bos juga,” ungkap Siti selaku pendiri serta Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Qolbu.
SLB Pelita Qolbu menampung murid dari 4 kecamatan, diantaranya Kecamatan Bantur, Pagak, Donomulyo, dan Kalipare.
“Dulu saya yang langsung mengajak para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Kan usianya memang rata-rata sudah pada dewasa, jadi orang tuanya merasa tidak perlu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Saya pribadi merasa kasihan, karena mereka apa-apa harus dibantu orang tuanya. Untuk hal sederhana seperti mandi dan ganti baju saja di bantu. Jadi saya berusaha menyampaikan secara langsung khususnya kepada orang tua. Agar mereka mau menyekolahkan anak-anaknya dan harapannya bisa membantu mereka untuk lebih mandiri.” ungkap Siti.
Metode pembelajaran yang diajarkan di SLB Pelita Qolbu berupa sistem kombinasi. SLB Pelita Qolbu menerapkan pembelajaran kurikulum SLB dari pemerintah, pembelajaran bina diri, serta pembelajaran keterampilan.
Pembelajaran keterampilan merupakan metode pembelajaran yang paling sering dilakukan, karena tujuan dari pembelajaran keterampilan ini untuk membantu para murid agar lebih mandiri di segala aktivitasnya.
Tahun ini SLB Pelita Qolbu memiliki total 39 murid yang kebanyakan memiliki gangguan intelektual serta terdapat 6 tenaga pengajar. Masing-masing guru mengajar 5 hingga 6 orang murid dari tiap-tiap jenjang pendidikan. Guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita Qolbu tidak melalui tahapan seleksi tetapi merupakan warga sekitar yang telah melewati pendidikan jenjang Sarjana dan masih memiliki relasi dengan Ibu Siti.
“Kita tidak pernah membuka lowongan guru, memang kebetulan kenal dan sebelum mengajar sedang mengenyam pendidikan S1. Saya coba tawarkan dengan syarat utama sabar dan mau mengajar sepenuh hati. Karena sekolah kami tidak ada sama sekali penarikan iuran seperti SPP jadi gaji yang kami berikan sangat cukup,” Bu Siti.