Fapet Tambah Professor Bidang Ilmu Produksi Ternak

Prof Sucik

Jumlah professor (guru besar) aktif di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) adalah 17 orang. Namun pada tahun 2020 bertambah menjadi 18 orang, sejak diangkatnya Dr.Ir. Sucik Maylinda, MS menjadi Guru Besar.

Tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 43585/MPK/KP/2020. Dalam surat tersebut Sucik didaulat menjadi Guru Besar bidang Ilmu Produksi Ternak terhitung mulai tanggal 1 April 2020.

Menyambut penetapan itu Senat UB mengadakan pengukuhan di Gedung Widyaloka dengan aturan protokol kesehatan, Selasa (27/10/2020). Melalui pidato ilmiah dia menyampaikan tentang “Strategi Seleksi Ternak Ruminansia Melalui Model Pyramidal Breeding Structure”.

Menurutnya Indonesia masih mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan daging. Sebab kondisi peternakan didominasi oleh peternak tradisional, pada tingkat kepemilikan 3 sampai 5 ekor dengan manajemen terbatas. Serta tujuan pemeliharan lebih difokuskan untuk tabungan bukan menjadikan komersialisasi, sehingga peningkatan produktivitas sapi potong sulit tercapai.

Sementara itu laporan BPS (2019) menyebutkan peningkatan impor daging  Australia, dari 85.192,1 ton pada tahun 2018 menjadi 100.623 ton ditahun 2019. Sehingga kesenjangan antara supply dan demand semakin lebar.

Oleh karenanya diperlukan upaya dan strategi untuk memecahkan masalah swasembada daging melalui perbaikan produktivitas sapi potong berbasis seleksi. Metode yang diharapkan mampu menjadi solusi yaitu Pyramidal breeding structure (Nguyen and Ponzoni, 2006).

Yaitu struktur pembagian tugas berpola piramida, dimana terdapat hubungan dan regulasi antara breeder sebagai penyedia bibit (lembaga pemerintah, lembaga penelitian atau peternak pembibit, serta koperasi) menggandeng multiplier (UPT) sebagai penghasil anakan atau bakalan, yang menyediakan sapi untuk produksi atau digemukkan.

Multiplier dalam menghasilkan bakalan, dapat dikombinasikan dengan manajemen Cow-calf operation, yakni mekanisme kerja yang menghasilkan sapi bakalan dengan efisien dan low input.

“Dengan pengaturan yang baik dan tepat, maka model ini diharapkan dapat menjadi terobosan dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia khususnya  sapi dan meningkatkan produksi daging.” pungkas Sucik (dta/Humas UB)