Work-Life Balance dalam Organisasi

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Zaman yang semakin maju seperti saat ini, kita seperti dituntut untuk selalu bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan masif seperti perkembangan teknologi, politik, sosial, budaya dll. Hal tersebut juga yang membuat suatu organisasi kerja (baik itu swasta maupun pemerintahan) akan selalu menyesuaikan dengan perubahan zaman. Seperti pada saat ini suatu organisasi dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen ataupun masyarakat secara maksimal yang berimbas pada beban kerja pegawai yang semakin besar dan akan mengakibatkan kesehatan mentalnya terganggu yakni meningkatnya tingkat stres dari pegawai itu sendiri.

Stres kerja adalah suatu fenomena karyawan dalam melakukan pekeejaan dan diatasi dengan cara yang berbeda menggunakan cara mereka sendiri. Stres kerja pada dasarnya terjadi karena terdapat ketidaksesuaian antara kemampuan individu dengan tuntutan dari organisasi (Pediwal, dalam Naqvi dkk, 2013). Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?. Salah satunya yakni dengan menerapkan work-life balance.

Work-life balance atau keseimbangan kehidupan-kerja yakni bagaimana karyawan secara seimbang dapat terlibat sekaligus puas dalam perannya di dalam kehidupan pekerjaan dan juga kehidupan nonkerjanya (pribadi) (Greenhaus, Collins & Shaw 2003). Seluruh pegawai dan organisasi penting kaitannya untuk memperhatikan adanya work-life balance, karena untuk menghadapi tuntutan beban kerja yang banyak danan harus dapat bersaing sangatlah melelahkan, selain dapat menimbulkan stres, keadaan yang seperti ini juga dapat membuat produktivitas pegawai menurun. Jadi jika seorang pegawai tidak dapat menyeimbangkan antara kehidupan dan pekerjaan akan menimbulkan stres dan berujung pada produktivitas yang menurun.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi work-life balance, menurut Pouluse dan Sudarsan yaitu :
Faktor Individu yakni faktor ciri khas yang ada dalam pegawai itu sendiri seperti (kepribadian, kesejahteraan, dan emosional).
Faktor organisasi yakni faktor yang berasal dari organisasi dimana tempat pegawai tersebut bekerja seperti (pengaturan kerja, dukungan organisasi, stres kerja, peran, dan teknologi).
Faktor lingkungan yakni faktor yang berasal dari kondisi bagaimana pegawai tersebut hidup atau tinggal seperti (pengaturan perawatan anak, dukungan keluarga, dan lingkungan sosial)
Faktor lainnya yakni seperti (Umur, tipe keluarga, status orang tua, tipe pekerjaan, penghasilan, tingkat pegawai, jenis kelamin.)

Memperhatikan Work-life balance menjadi tanggung jawab seluruh pihak dalam suatu organisasi baik antar individu maupun individu itu sendiri. Dengan memperhatikan work-life balance maka harapannya tingkat stres dari para pegawai secara langsung maupun tidak langsung dapat berkurang sehingga tidak terjadi penurunan produktivitas dan dapat pegawai dapat melakukan pekerjaan secara maksimal.

Penulis : Erwing Wahyu Millensyah
Saat ini sedang menjalani Program Magister FIA Universitas Brawijaya

  From Kolom