Universitas Brawijaya (UB) bekerjasama dengan Badan Pangan Nasional menggelar Simposium Pangan dan Gizi “Sinergi Kebijakan dan Strategi Tata Kelola Pangan Berkelanjutan”
untuk membahas permasalahan tentang pangan dan permasalahannya, Jumat (21/10/2022)
Rektor UB Prof. Widodo, M.Si., Ph.D.Med.Sc pada saat membuka acara mengatakan mahasiswa jaman sekarang merasa tidak yakin jika pangan bisa menjadi ketahanan nasional suatu bangsa. Hal ini karena kebanyakan dari mereka merasa cukup untuk makan di Indonesia.
“Salah satu problematika global adalah pangan karena penduduk semakin meningkat lahan pertanian semakin berkurang dan rawan pangan internasional menjadi hal sangat penting,”kata Prof. Widodo.
Prof Widodo menjelaskan di masa depan atau 20 tahun mendatang Indonesia mendapat bonus demografi. Hal tersebut menurutnya sangat menguntungkan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM). Di sisi lain jika tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik dan masih banyaknya stunting maka akan menjadi permasalahan tersendiri bagi suatu negara.
Oleh karena itu, UB sebagai institusi pendidikan saat ini melibatkan konsep penanganan gizi buruk dalam setiap kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di beberapa fakultas sudah masuk ke daerah-daerah untuk melakukan penyuluhan gizi masyarakat dan hal tersebut sudah menjadi concern UB saat ini.
“Saya berharap Fakultas Pertanian (FP) bisa menjadi leading faktor di bidang agriculure. Tadi pagi saya mendapat laporan mulai tahun depan FP akan berkembang menjadi fakultas futuristik dengan basic Science for agriculure. Tidak konvensional lagi tapi ke Genome Editing untuk pertanian,”katanya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Pertanian Dr.Sarwo Edhy S.P., M.M menambahkan pangan raya adalah soal hidup dan mati. Kalau pangan bermasalah negara tidak aman sehingga harus dipenuhi setiap kebutuhannya.
“Setiap orang berkolaborasi untuk pangan dalam mendorong peningkatan daya saing produk pangan. UB menjadi center of Excellence dan bisa berkontribusi dalam daya saing pangan dengan menyediakan tenaga ahli yang mendukung perumusan di bidang pangan,”kata Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan badan pangan diharapkan bisa menjangkau pemenuhan kebutuhan pangan di seluruh Indonesia sehingga bisa didiversifikasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras.
“Pangan bisa menjadi kuat Provinsi, Kabupaten Kecamatan hingga desa. Lumbung-lumbung pangan bisa dimanfaatkan ketika musim paceklik. Dalam pelaksanaannya Badan Pangan Nasional bekerjasama dengan BULOG dan ID Food berupaya menjaga stabilitas pasokan pangan dan harga di masyarakat,”katanya.
Dia berharap BULOG dan ID Food kedepan bisa menyediakan pangan alternatif selain padi, jagung,dan kedelai. (OKY/Humas UB).