Rektor Unibraw Prof Dr Ir Bambang Guritno menepis anggapan perubahan Unibraw menjadi PT BHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara) akan memunculkan komersialisasi dan privatisasi pendidikan. Sikap Bambang itu terkait maraknya protes dan anggapan berbagai kalangan soal rencana perubahan status tersebut.
Bambang mengungkapkan hal itu dalam sambutan pada acara Temu Alumni dalam rangka Dies Natalies Unibraw ke-42 di Gedung Widyaloka kampus setempat kemarin. Menurut Bambang, anggapan adanya privatisasi dan komersialisasi pendidikan setelah berubah status sangat berlebihan. Sebab, sebenarnya pemerintah masih memiliki komitmen untuk tetap memikirkan dunia pendidikan tinggi. “Pasca alih status PTN menjadi PT BHMN nanti, pemerintah masih akan memberikan subsidi pada PTN,” tegasnya.
Memang, sambung Bambang, subsidi finansial yang akan diberikan pemerintah tidak seperti dulu. Tapi subsidi itu akan diberikan melalui mekanisme block grand. Yakni, pemberian subsidi dengan nominal tertentu dikalikan jumlah kelulusan PTN bersangkutan. Bukan subsidi secara langsung.
“Saat ini, perkembangan kualitas perguruan tinggi di Indonesia sangat lambat. Itu berimbas pada kualitas sember daya manusia (SDM). Harapannya, dengan pemberian otonomi seluas-luasnya kepada PTN dalam mengelola dirinya sendiri, akan terjadi percepatan kualitas pendidikan tinggi. Tentu saja dengan batasan-batasan tertentu yang harus dipatuhi,” tambahnya.
Sebelum adanya otonomi, lanjut Bambang, semua pengaturan yang terkait dengan manajemen perguruan tinggi selalu terpusat di Jakarta sehingga menyulitkan PTN. Sentralisasi itu terjadi pada semua bidang, mulai soal keuangan sampai kewenangan mengangkat dan memberhentikan pegawai. Dia lantas mencontohkan, pernah ada seorang dosen yang semestinya diberhentikan karena tidak mau kembali dari perguruan tinggi. “Namun karena prosedurnya sangat panjang, dia baru bisa diberhentikan empat tahun setelahnya,” katanya disambut tawa peserta diskusi.
Bambang juga berharap agar alih status tersebut tidak dimaknai parsial. Unibraw sendiri sudah jauh hari sebelumnya membentuk tim persiapan otonomi kampus. Dirinya juga sudah melakukan sosialisasi pada semua pihak di universitas. Itu dilakukan saat pelaksanaan raker pada 2003 lalu.
Dalam mempersiapkan Unibraw menjadi BHMN, pihaknya telah melakukan studi banding ke berbagai perguruan tinggi yang menjadi pilot project PT BHMN. Di antaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Dengan studi bandung itu, Bambang berharap Unibraw betul-betul siap berubah status. “Dan persiapan menuju ke arah situ sudah kami lakukan. Salah satunya dengan meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri,” imbuhnya. (yus) http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=78702&c=88