Sorry, this entry is only available in Indonesia.
Kegiatan akuakultur di Indonesia terus mengalami peningkatan, salah satunya pada kegiatan budidaya udang. Namun, peningkatan ini tidak sejalan dengan keadaan di lapangan, khususnya di bidang terutama pembenihan udang.
Pasalnya hingga saat ini belum didapati teknologi yang dapat mengintegrasikan antara grading benih udang sekaligus pencacah benih udang (counting). Tidak mudah untuk menghitung pesanan benih udang yang jumlahnya mencapai ratusan ribu ekor dengan cepat dan akurat, apalagi jika dilakukan secara konvensional.
Menawarkan alternatif solusi counting dan grading, lima mahasiswa lintas fakultas di Universitas Brawijaya merancang sebuah alat yang dapat membantu petambak udang. Smart Pack, alat dengan berbagai fitur ini, di rancang untuk memudahkan melakukan grading atau pemilahan ukuran dan menghitung benih udang.
Tidak sampai disitu. Alat yang dirancang oleh Nur Aini Azizah, Cecilia Fauziah, Valentino Ode, Dinda Arum Mustiko Weni dan M. Ibnu Fajar ini juga dilengkapi monitor kesehatan bibit. “Salah satu kesulitan budidaya udang adalah pemilihan ukuran benih dilakukan secara manual, sehingga benih menjadi rentan stres. Dengan Smart Pack, petambak akan terbantu karena grading dilakukan secara otomatis”, jelas Nur Aini.
Berbasis Artificial Intelligent, Smart Pack
memudahkan pembenih udang dalam menghitung, menyamakan ukuran benih, dan mengetahui kesehatan benih udang dengan mendeteksi apakah terdapat bakteri pada benih udang yang dipesan.
Ia juga menambahkan, Smart Pack dilengkapi IoT yang akan terkoneksi ke gawai. “Data pada Smart Pack akan dikirimkan ke ponsel petambak, sehingga monitoring bisa dilakukan secara real time”, jelasnya.
Dengan penggunaan Smart Pack, kualitas benih udang dapat ditingkatkan dan akan menambah keuntungan ekonomis petambak.
Melalui Smart Pack, Tim Raja Brawijaya berhasil membawa pulang predikat Juara II Innovaction National Competition yang diadakan oleh Japfa Aquaculture.(VQ)
