Prihatin dengan Krisis Identitas Budaya, Mahasiswa UB Gagas Pekan Suri Budaya Jawa

Tim Pelaksana ProgramPrihatin terhadap budaya di Nusantara yang mulai terdesak dengan keberadaan arus globalisasi, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP-UB) menggagas program Pekan Suri Budaya Jawa (PSB 2017). Mereka adalah Septa M. Irvan (Psikologi 2015), Ersa Rizky R. (Psikologi 2015), Ainun Fitriah (Psikologi 2015), dan Rizqi Gilang Pratama (Antropologi 2015).

PSB 2017 merupakan pendidikan kebudayaan sebagai upaya rekonstruksi budaya Jawa melalui pendidikan bahasa, aksara, dan kesenian Jawa. Kegiatan ini telah didanai Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M). Di bawah bimbingan dosen Ika Adita Silviandari, S.Psi, M.Psi, Psikolog, program ini menawarkan konsep rekonstruksi budaya dengan metode yang menyenangkan untuk anak-anak di desa Gebang, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung.

kelas menari Pekan Suri Budaya JawaRizqi Gilang Pratama menyampaikan, anak-anak dipilih sebagai sasaran program karena dirasa kemauan anak-anak untuk belajar lebih tinggi dan lebih mudah dalam menerima materi, terutama dengan metode yang bisa mereka terima.

“Anak-anak juga akan banyak bercerita kepada orang tua dan temannya sehingga diharapkan mampu menyebarkan ilmu yang mereka dapat kepada orang-orang disekitar mereka,” kata Rizqi.

Tim memilih Desa Gebang, Kecamatan Pakel, kabupaten Tulungagung sebagai tempat penelitian. Desa yang dikenal dengan Karawitan Among Mitro yang dipimpin oleh Bapak Sulistyono sudah tidak diragukan lagi di kancah Nasional.

“Namun kami prihatin karena hanya orang tua di desa Gebang saja yang bisa memainkannya. Oleh sebab itu tim kami datang untuk menjawab permasalahan itu. Kami memberikan pembelajaran seputar Bahasa, Aksara, dan Kesenian Jawa pada anak-anak agar mereka mengenal, mencintai, melestarikan dan mengapresiasi segala bentuk seni budaya yang menjadi identitas mereka,” papar mahasiswa Antropologi ini.

Pembelajaran terbagi atas dua kelas. Pertama, kelas wajib yaitu kelas bahasa dan aksara Jawa. Kedua, kelas minat bakat yaitu kelas menari dan kelas musik gamelan. Bukan hanya itu, anak-anak juga akan diajarkan membatik dengan pola batik khas Tulungagung.

Kelas Bahasa Pekan Suri Budaya JawaTim menerapkan metode role play pada pembelajaran bahasa dan aksara Jawa pada anak-anak untuk menciptakan suasana real yang mereka alami ketika mereka menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk merefleksikan hasil pembelajaran, setiap akhir kelas selalu diadakan game untuk memperkuat dan menciptakan kesan mendalam bagi anak-anak.

PSB 2017 dalam pelaksanaannya tidak berjalan sendiri. Demi keberlanjutan program, tim menggandeng mitra yaitu Among Mitro dan Karang Taruna setempat bernama Sahabat Dungkul (Sahdu) dalam melaksanakan program setiap minggunya. Tim juga mendapat dukungan dari warga sekitar yang berprofesi sebagai guru bahasa Jawa yaitu pak To yang bersedia menjadi tentor dalam pembelajaran bahasa dan aksara Jawa.

“Among Mitro selaku mitra utama bahkan sampai ingin membuat kelompok karawitan cilik untuk mendukung keberlanjutan program, demi melanjutkan semangat mengabdi Tim untuk kelestarian budaya Jawa di desa Gebang,” pungkas Rizqi. [Rizqi/Irene]