Perpustakaan UB mulai membuka layanan offline bagi para mahasiswa UB, Senin (11/10/2021). Sebelum hari H, Perpustakaan UB telah melakukan beberapa persiapan guna kelancaran layanan offline antara lain:
Pemasangan alat pengukur suhu tubuh. Alat ini dipasang setelah pintu masuk, para pengunjung tinggal mengarahkan tangan pada pengukur suhu. Hasil pengukuran suhu akan ditampilkan pada layar monitor yang berada di bagian atas. Alat ini juga dilengkapi dengan 2 kamera yang akan memantau semua pengunjung yang masuk.
Penggantian lampu yang sudah tidak berfungsi. Setelah tidak beroperasi secara offline hamper 2 tahun lamanya, tentunya ada peralatan yang mengalami kerusakan karena beberapa factor. Lampu-lampu di ruang baca adalah kebutuhan yang urgent bagi para mahasiswa, oleh karena itu Kepala Perpustakaan UB menginstruksikan agar semua lampu yang mati harus segera diganti.
Pemutaran musik di setiap ruangan. Agar suasana Perpustakaan UB menjadi lebih menyenangkan, Kepala Perpustakaan UB mengintruksikan agar diperdengarkan berbagai macam musik yang membuat mahasiswa betah berlama-lama di perpustakaan.
H-1 pembukaan layanan offline, para koordinator bidang melakukan simulasi layanan offline. Para koordinator mencoba alat pengukur suhu kemudian meninjau barcode reader di pintu masuk apakah masih bisa beroperasi dengan baik.
Sambutan dari civitas akademika UB atas pembukaan layanan offline ini tentu saja sangat bagus. Hal ini bisa dilihat dari engagement IG post tentang pengumuman buka layanan offline yang tinggi, mendapatkan puluhan komen serta ratusan like dan sharing.
Di hari H, satu per satu mahasiswa datang dengan menggunakan masker. Dengan dipandu oleh Bapak Agung Suprapto,S.Sos.,MA selaku Koordinator Bidang Layanan, para mahasiswa melakukan semua panduan masuk perpustakaan saat pandemi. Dimulai dari mengukur suhu tubuh, membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang disediakan. Kemudian mahasiswa menitipkan tas di loker, untuk laptop, buku dan peralatan tulis yang akan dipakai disimpan di dalam tas plastik yang tersedia.
Semua mahasiswa yang mau masuk harus scanning KTM di barcode reader, untuk mahasiswa baru bisa menggunakan KTMS jika belum memiliki KTM.
Di dalam Perpustakaan UB, para pengunjung juga harus menjaga jarak dan tidak berkerumun. Saat duduk pun juga harus menjaga jarak dengan sesama pengunjung yang lain. Di antara semua ruangan yang ada di Perpustakaan UB yang paling banyak pengunjungnya adalah Ruang Skripsi, Tesis dan Disertasi. Memang mayoritas yang mendesak agar Perpustakaan UB segera dibuka adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan tugas akhir.