
Kolaborasi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya (UB) lakukan pembinaan kepada Karang Taruna Putera Mandiri Terpadu (PMT) Jaya Abadi, Dusun Combong, Blitar, dengan mengolah kotoran sapi menjadi kertas ramah lingkungan yang diberi nama “Moo Paper”. Mereka adalah Mangesti Reza Evitantri (FPIK-2017), Victor Adi Winata (FPIK-2016), Setya Nuri Fatma Dewi (FPIK-2017), Putri Dila Nur Fatimah Afionita (FPIK-2017), dan Yudi Febrian (FPIK-2016), serta Muhammad Haryono (FH-2016).
Ketua tim Mangesti Reza Evitantri menyampaikan, kegiatan ini dilatarbelakangi melimpahnya kotoran sapi yang mencemari saluran air di Dusun Combong, Blitar, yang berdampak pada polusi udara dan terganggunya kebersihan air, dan menimbulkan risiko penyakit.

“Bahkan Ketua Karang Taruna Pak Sukardji menuturkan jika warga kerap merasa resah karena bau kotoran sapi tersebut membuat sesak nafas, saluran air menjadi sangat keruh sehingga air untuk masak susah didapat, sehingga mengganggu aktivitas warga,” kata Mangesti ketika melakukan survei pada tahun 2019.
Pembinaan dilakukan dengan metode yang ramah lingkungan selama bulan Agustus-September 2020. Caranya melalui pencucian, penyaringan serat, dan perebusan dengan detergen. Selanjutnya, serat kotoran sapi dicampur bubur kertas bekas dengan perbandingan 3:1. Tahap berikutnya ialah pencetakan adonan menggunakan sablon, lalu dikeringkan.
“Kertas ini pun dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan kerajinan dari kertas sehingga dapat diperjual-belikan. Bahkan sudah ada kreasi unik yang dihasilkan, sehingga karya tersebut dijadikan sebagai karya unggulan Dusun Combong, Blitar,” ungkap Mangesti.
Keunggulan program pembinaan ini antara lain, terciptanya masyarakat yang lebih peduli lingkungan, berkurangnya risiko pencemaran air, adanya variasi olahan kerajinan kertas, dan peningkatan ekonomi karang taruna.
Di bawah bimbingan dosen M.A.Z. Fuad, M.Sc, mereka berhasil mendapatkan pendanaan dalam ajang Program Kreativitas Masyarakat (PKM) tahun 2020 bidang Pengabdian Masyarakat yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Pendidikan Kebudayaan.
“Program ini bagus, untuk ke depannya lebih baik dilakukan kerja sama dengan pemerintah desa, bahkan Dinas Peternakan dan Perikanan setempat, agar program ini dapat berkelanjutan. Sehingga karang taruna dapat melakukannya secara mandiri dan produktif,” ujar Fuad.
Ia optimis program ini berpotensi besar untuk dijadikan sebagai daerah percontohan, khususnya pengolahan kotoran sapi menjadi kertas ramah lingkungan. [Mangesti/Humas UB]