Mengejar Standar Internasional Melalui Peningkatkan Kualitas Kepemimpinan Akademik

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Kompetensi manajemen, administrasi dan peningkatan kapasitas kepemimpinan sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di perkembangan kualitas akademik di perguruan tinggi secara otonom. Tentunya untuk memperkuat visi internasionalisasi kampus, komitmen pimpinan universitas sangat dibutuhkan dalam pengelolaan secara fleksibel, dinamis dan inovatif. Namun tidak sedikit tingkat komitmen pimpinan di perguruan tinggi untuk mewujudkan perbaikan terus-menerus menjadi masalah yang problematis. Hingga saat ini, hanya 96 universitas dari hampir 3000 perguruan tinggi terakreditasi A, dan kurang dari 10 persen di antaranya dapat dianggap berstandar internasional oleh tabel liga akademik internasional seperti QS World University Ranking. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian besar kampus masih belum siap untuk melakukan internasionalisasi. Diyakini bahwa terbatasnya kapasitas para pemimpin akademik di perguruan tinggi adalah kunci dari kurangnya kemajuan peningkatan kualitas.

Dengan latar belakang tersebut, Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Brawijaya (LPP UB) bekerjasama dengan Indonesian Higher Education leadeship (IHILead) menggelar pelatihan kepemimpinan Erasmus Programme bagi Ketua Program Studi Sarjana di lingkungan kampus (21-22/6). Tiga perguruan tinggi eropa dan tujuh perguruan tinggi negeri dan swasta nasional turut serta berpartisipasi dalam proyek tersebut, termasuk UB menjadi bagian konsorsium di dalamnya. Prof. Devanto Shasta Pratomo SE, Msi, PhD selaku inisiator IHILead Erasmus Programme di UB mengungkapkan tujuan dari kegiatan ini adalah memperluas networking bersama-sama dengan konsorsium tujuh kampus nasional untuk mengembangkan kemampuan leadership bagi perguruan tinggi. Selama periode dua tahun kebelakang UB sudah menyusun beberapa penunjang kegiatan seperti training of trainer, module hingga piloting untuk mengakomodasi kegiatan pelatihan di fase pertama. “Beberapa kampus yang mengikuti program ini memiliki implementasi yang berbeda beda di fase pertama, ada yang ditujukan kepada wakil dekan, adapula diperuntukkan bagi dosen maupun tenaga kependidikan. Sedangkan di UB kita memulainya dari pelatihan ketua program studi sarjana (KPS) sesuai dengan mandat dan arahan pimpinan untuk meningkatkan kapabilitas seluruh program studi di masing-masing fakultas,” ungkapnya.

Prof. Devanto menambahkan, 79 peserta KPS akan dibagi dalam tiga kelas (kelompok) secara paralel dengan enam module berbeda yang diberikan oleh para pemateri, seperti : Module Authentic Leadership (oleh Prof. Hendrawan Soetanto), Module Managing People (Dr. Ishardita Pambudi Tama), Module Managing Change (Prof. Loeki Enggar Fitri dan Prof. Ananda Sabil Hussein), Managing Resources (Prof. Sudarminto Setyo Yuwono), Module Conflict Management (Prof. Setyawan Purnomo Sakti) serta Module Action Learning Set (Prof. Didik Suprayogo). Keenam module ini merupakan materi dasar yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun proposal, menjalankan studi kasus di lingkungan unit-unit kerja pada fase kedua, serta melakukan pelaporan terhadap bagaimana hasil proses studi kasus tersebut berjalan di fase ketiga. “Dengan hadirnya program ini, kami berharap peserta mendapatkan pembekalan secara sistematik dalam praktik kepemimpinan dan tidak hanya terpaku pada pengembangan tridharma semata. Ada nilai-nilai yang memastikan bagaimana mereka mampu menanamkan dan merumuskan strategi, mengasah keterampilan bernegosiasi, mengelola resiko hingga manejemen sumber daya untuk mempersiapkan perubahan di bidang pendidikan tinggi,” jelasnya.

Selaras dengan Prof. Loeki Enggar Fitri selaku ketua LPP, ia berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kemampuan sivitas akademika secara menyeluruh terkait tata kelola, perencanaan kerangka kerja di fakultas. KPS hingga saat ini merupakan ujung tombak di fakultas dan cakupan tugasnya cukup luas di program studi, maka dari itu kegiatan ini akan membekali mereka dalam menerapkan metode kepemimpinannya masing-masing. Nantinya peserta yang berhasil lulus program ini akan mendapatkan sertifikat dari asosiasi tujuh universitas konsorsium. [humas]