Mahasiswa UB Olah Limbah Tulang Sapi dan Kulit Apel untuk Pengawetan Kacang Tanah

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Tim PKM PE UB Olah Limbah Tulang Sapi dan Kulit Apel untuk Pengawetan Kacang Tanah.

Kacang tanah merupakan salah satu komiditi yang kaya kandungan bioaktif primer maupun sekunder, sehingga tidak heran jika kacang tanah banyak dijadikan sebagai tambahan pada olahan makanan seperti bumbu sate, bumbu salad, maupun bumbu pecel. Namun, pada kondisi kelembaban yang tinggi di banyak pasar tradisional di Indonesia, menyebabkan produksi kacang tanah pasca panen tidak dapat awet dalam waktu yang cukup lama karena seringnya ditumbuhi oleh jamur Aspergillus flavus yang memproduksi racun aflatoxin penyebab kanker hati.

Sementara itu, selama ini limbah tulang sapi hanya digunakan sebagai pelengkap makanan, dan sisanya banyak dibuang ke lingkungan. Terlebih setelah Lebaran Idul Adha, limbah tulang sapi yang dihasilkan semakin mencemari lingkungan. Begitupun dengan buah apel, banyak industri olahan apel di kota Malang yang menghasilkan produk buangan apel dalam jumlah yang tinggi, salah satunya bagian kulit apel. Padahal kedua bahan tersebut berpotensi sebagai pengemas modern berupa lapisan tipis transparan yang bersifat ramah lingkungan, karena tulang sapi kaya kandungan gelatinnya dan kulit apel kaya kandungan pektinnya.

Oleh karena itu, tiga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya (FMIPA-UB) membuat artikel ilmiah terkait inovasi berupa pengemasan modern (edible coating) dari gelatin tulang sapi dan pektin kulit apel pada kacang tanah melalui metode penyemprotan guna memperpanjang masa simpan kacang tanah. Mereka adalah Khairul Maghfirah Hasanah (Biologi 2017), Maulida Hikmaranti (Biologi 2017) dan Johannes Marulitua N (Fisika 2019). Di bawah bimbingan dosen H. Irfan Mustafa, S.Si, M.Si, Ph.D, mereka berhasil mendapatkan pendanaan dalam ajang Program Kreativitas Masyarakat (PKM) tahun 2020 bidang Penelitian yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Pendidikan Kebudayaan.

Prediksi desain penyemprotan untuk pengemasan modern (edible coating) dari gelatin tulang sapi dan pektin kulit apel pada kacang tanah.

Ketua Tim Khairul Maghfirah Hasanah menyampaikan, bahwasanya inovasi pengemasan tersebut jarang dilakukan pada komiditi biji-bijian. Dan dengan metode penyemprotan, pengemasan akan lebih cepat untuk produksi kacang tanah yang tinggi.

“Komponen pengemasan terdiri dari dua bahan utama, yaitu gelatin tulang sapi yang merupakan jenis protein dan pektin kulit apel yang termasuk karbohidrat. Selain itu terdapat dua bahan tambahan lainnya berupa minyak essensial kunyit sebagai bahan antijamur Aspergillus flavus dan gliserol, sehingga dapat menjadi penghalang oksigen dan minyak serta penghalang pertumbuhan mikroba,” jelas Khairul.

Menurut anggota tim Maulida Hikmaranti, pengemasan kacang tanah tersebut merupakan solusi yang tepat dalam memaksimalkan kualitas produk pangan kacang tanah, meningkatkan nilai guna limbah tulang sapi dan limbah kulit apel, dan terlebih juga menjadi solusi bagi para petani, pedagang dan pengolah kacang tanah terkait peningkatan daya tahan kacang tanah dalam mencegah tumbuhnya jamur Aspergillus flavus.

Tak hanya berhenti disini, Johannes juga menambahkan bahwa empat komponen yang telah disebutkan sebelumnya, mudah ditemui di Indonesia sehingga dapat digunakan berkelanjutan. Selain penelitian berupa review jurnal, Khairul dan tim juga sudah membuat prediksi desain penyemprotan terhadap kacang tanah. [Khairul/Humas UB]