Mahasiswa UB Ingin Indonesia Menjadi Penghasil Kopi Terbesar Pertama Dunia

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Lima Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) merancang sebuah penelitian guna menemukan solusi untuk permasalahan karat daun pada tanaman kopi. Mahasiswa tersebut merupakan kolaborasi antara tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dengan dua mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Mereka adalah Dwi Kusuma Ardyanti selaku ketua tim, Audita Dwi Ramadhani, Muhammad Dhafa Aryaprayoga, Nisrinah Nur Syarafina, dan Siti Andriyani. Penelitian ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta yang biasa disebut dengan PKM-RE.

Penelitian ini bermula dari naiknya peringat Indonesia sebagai negara terbsesar penghasil kopi ketiga dunia. Namun dibalik itu terdapat fakta mengejutkan bahwasanya produktivitas kopi Indonesia masih berada diurutan ke 38 dunia. Apabila Indonesia mampu meningkatkan produktivitas kopi, memungkinkan Indonesia berada di peringkat tertinggi sebagai negara penghasil kopi terbesar dunia.

Karat daun merupakan patogen utama pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix, penyakit ini dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas kopi. Efek yang berkelanjutan akibat jamur ini akan juga memberikan dampak kerugian bagi para petani kopi.

Tim Biomax (nama dari kolaborasi lima mahasiswa FTP & FMIPA) menggunakan tiga bakteri jenis kitinolitik yang akan difungsikan sebagai agen biofungisida. Pemilihan bakteri didasarkan pada efektifitas enzim kitinase yang dihasilkan oleh ketiga bakteri. Enzim kitinase dapat berperan dalam mendegradasi dan memecah kitin yang merupakan senyawa utama penyusun dinding sel jamur.

Dhafa menyebutkan bahwa bakteri yang dipilih dalam penelitian ini adalah bakteri Lactococus lactis, Bacillus subtilis, dan Peseudomonas aeruginosa. Ketiga bakteri kitinolitik tersebut sudah banyak dimanfaatkan sehingga akan lebih mudah di dapatkan serta memiliki efektivitas enzim kitinase yang cukup baik. Sehingga dipilihlah ketiga jenis bakteri tersebut untuk menjadi agen biofungisida.

“Biofungsida menjadi pilihan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan karat daun ini, karena penanganan yang sering dilakukan hanya sebatas penggunaan bahan kimia seperti fungisida dengan bahan dasar senyawa kimia sintetik. Produk tersebut tentunya memiliki dampak negatif untuk lingkungan dan kesehatan. Kami mengusung gagasan biofungisida dengan konsep perlawanan bakteri terhadap jamur yang tentunya lebih ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan” ujar Anti, selaku ketua tim pada PKM-RE Biomax. [pkmre/pon/humas]