
Kondisi pandemi saat ini membuat semua masyarakat membutuhkan asupan nutrisi yang sehat guna menjaga sistem imun dan daya tahan tubuhnya. Salah satu asupan pangan yang kaya nutrisi adalah yogurt yang berbahan baku dari susu kambing. Konsumsi yogurt sesuai anjuran memiliki banyak manfaat, di antaranya kaya nutrisi, baik untuk pencernaan, dan menguatkan sistem imun dalam tubuh. Namun jika ditinjau lebih luas, dibeberapa daerah masih terdapat UMKM dan home industry produsen yogurt yang masih menggunakan proses konvensional dalam pembuatannya dan membutuhkan perhatian besar, salah satunya adalah Home Industry Goatzilla Farm and Café yang terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Produk olahan yogurt di Goatzilla Farm and Café menggunakan bahan baku susu kambing jenis etawa dan masih menggunakan proses serta alat yang sangat sederhana. Yaitu menggunakan wadah plastik tertutup rapat dan dimasukkan ke dalam kotak styrofoam berukuran sedang dengan pemanasan lampu pijar manual. Pada wadah ini tidak terdapat kontrol pH dan suhu otomatis, serta tidak ada proses pengadukan. Kondisi tersebut tentunya dapat menyebabkan produk yogurt yang dihasilkan belum terstandarisasi dengan baik dan kondisi lingkungannya tidak steril. Sedangkan proses pembuatan yogurt yang berkualitas baik harus dalam kondisi steril, anaerob, suhu konstan (40-45°C). pH (5,5-7) dan terdapat pengadukan otomatis.
Dari kondisi dan problematika tersebut, lima mahasiswa Teknik Kimia Universitas Brawijaya (UB), menciptakan alat fermentor mini dengan sistem kontrol suhu dan pH otomatis guna meningkatkan kualitas dan daya tahan yogurt Goatzila Farm and Café. Mereka adalah Denisya Eka Faturrohman, Kresna Purwandaru, Anima Rahmatika Putri, Rashieka Putri Maghfiroh, dan Muhammad Rifki Ridhollah.
Fermentor mini tersebut dilengkapi dengan jaket pemanas listrik, motor pengaduk otomatis, serta terintegrasi otomatis dengan sensor pH dan suhu. Angka suhu dan pH ditampilkan secara otomatis melalui layar digital. Selain itu, fermentor mini ini juga dilengkapi dengan komponen elektronika Buzzer yang berfungsi sebagai tanda (mengeluarkan bunyi) jika proses fermentasi sudah selesai (5-6 jam), serta sebagai tanda jika suhu dan pH telah mencapai kondisi optimal yogurt. Fermentor ini didesain dengan ukuran mini berdiameter (0,355 m) dan tinggi (0,425 m).
Di bawah bimbingan dosen Luthfi Kurnia Dewi, S.T., M.T, karya tersebut berhasil meraih dana riset dari DIKTI bidang PKM-Penerapan IPTEK. Saat ini kelima mahasiswa tersebut sedang berjuang menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXXIV 2021.
“Harapannya, semoga alat ini dapat bermanfaat dan dapat diaplikasikan oleh mitra secara baik, serta semoga produk yogurt yang dihasilkan menjadi lebih optimal selanjutnya,” ujar Denisya mewakili timnya. [Den/Humas UB]